BloG ini berisi kumpulan tulisan menarik dari berbagai milis dan juga tulisan2 saya di beberapa milis. Topik yg menarik minat saya tentang manusia, kebudayaan, teknologi, management, marketing dan keagamaan...krn banyak posting menarik dari milis yg sayang kalau tidak di dokumentasi. Semoga ada gunanya... :P Silahkan dikomentari dan dikritisi jika ada hal-hal yg tidak sesuai dengan opini anda. Just feel free to write....OK...? :)

Wednesday, June 23, 2004

Lihatlah ke Depan

Oleh: Rhenald Kasali
(dr detik.com)

Apa yang bisa Anda lakukan dalam iklan 30 detik? Benar. Anda cuma bisa bilang “Pilih saya, nomor sekian.” Pembatasan waktu ini dalam iklan-iklan politik perlu ditinjau kembali di masa depan, karena dalam tempo sependek itu tak ada pendidikan politik sama sekali. Tapi, sekalipun waktu yang diberikan lebih panjang, yang perlu diperhatikan pula adalah ketidakmampuan para calon pemimpin membawa kita ke masa depan. Sebagai intelektual tentu saja saya gemas. Semua bilang perlu perubahan, tetapi hampir semuanya menggunakan masa lalu sebagai acuan. Hampir semuanya berorientasi masa lalu.
Yang paling mau gampang adalah mereka yang memakai simbol pemimpin masa lalu. Saya sebut paling gampang karena memori pasar memang sudah ada di sana. Mudah, karena yang dibutuhkan cuma recall saja. Yang penting menang, lalu bawa bangsa ini ke masa lalu. Orang ini secara implisit mengatakan “kembalilah ke masa lalu.” Tentu saja cara partai-partai ini membawa kita ke masa lalu segera mendapat reaksi dari mereka yang seakan-akan tertindas di masa lalu. Tapi lagi-lagi mereka membawa kita ke masa lalu juga. Dendam dan amarah adalah bagian dari masa lalu. Dan mereka yang menoleh ke belakang tak bisa melihat ke depan.
Dalam sejarah organisasi-organisasi besar, termasuk bisnis dan pemerintahan, saya melihat setidaknya dibutuhkan lima hal yang mendasari sikap para pemimpinnya. Tiga yang pertama mungkin sudah dimiliki, yaitu self esteem (percaya diri), love (perhatian terhadap orang lain), dan faith (sikap terhadap Tuhan). Tiga sikap itu mutlak dimiliki, digarisbawahi dalam peraturan-peraturan, dan tentu saja dijaga oleh ribuan mata. Tetapi dua sikap yang terakhir sangat menentukan apakah mereka bisa membawa kita ke depan dengan “memory of the future”. Kedua sikap penting itu adalah hope (sikap terhadap masa depan) dan forgiveness (sikap Anda terhadap masa lalu).
Kata psikiatris Alfred Adler, “hope is the foundational quality of all change.” Hope-lah yang membuat manusia bergerak menuju sasaran tertentu. Ia merupakan ekspektasi realistik tentang sesuatu hal yang dipercayai akan menjadi kenyataan di kemudian hari. Pada masa transisi sebagian besar orang termasuk pemuja dan para pengamat politik dan ekonomnya mengaburkan harapan-harapan itu. Tapi apalah artinya pemimpin tanpa hope? Pemimpin harus memberikan hope dalam warna yang lebih cerah.
Dalam setiap proses transisi dan pergantian pemimpin, besar sekali kemungkinan hadirnya orang-orang yang dulu merasa tak diberi kebebasan, dikekang, bahkan tertindas, untuk muncul ke atas. Forgiveness adalah kunci bagi kemampuan untuk melihat ke depan. Forginevess adalah kemampuan seseorang untuk memaafkan segala tindakan-tindakan yang salah di masa lalu untuk membawa perubahan ke depan. Orang-orang yang merusak kita di masa lalu tentu saja menumbuhkan efek-efek negatif terhadap hidup kita sekarang, dan masih akan terus mempengaruhi masa depan kita secara negatif di masa depan kecuali kita mau memutuskan hubungan emosional itu dengan masa lalu, yaitu berdamai dengannya. Memaafkan masa lalu, adalah pilhan yang paling bijak.
Orang-orang yang tidak dapat memaafkan masa lalu itu terbagi dalam dua kelompok, yaitu mereka yang ditumbangkan (dan merasa dulu lebih baik) dan mereka yang menumbangkan (karena merasa dulu tidak lebih baik, tertindas). Nelson Mandela dan Dalai Lama memilih untuk berdamai dengan masa lalu. Afrika Selatan sekarang tumbuh perekonomiannya dengan sehat. Demikian pula dengan Andi Grove, CEO Intel, yang dulu dikejar-kejar Nazi di Hungaria, atau kakak beradik Wilbur yang berhasil menerbangkan benda yang lebih berat dari udara (yang berdamai dengan ayahnya, Pak Pendeta yang mengatakan cuma malaikat yang bisa terbang). Thomas Alva Edison dan Bill Gates juga memilih berdamai dengan sekolah-sekolah, kendati mereka mengalami masa-masa sulit di sekolah sehingga drop out atau bahkan dikeluarkan.
Di Indonesia, banyak orang yang bicara tentang cinta, kebebasan individu dan kecintaan pada Tuhan, tetapi pada saat yang sama mereka tidak berdamai dengan masa lalu mereka. Itu sebabnya mereka akan sulit melihat ke depan, bahkan sulit membawa kita ke depan. Ketika bangsa-bangsa maju sudah mengatakan, “belajarlah dari masa depan,” kita masih “belajar dari masa lalu,” dan berputar-putar di sana sehingga wabah “demam berdarah” pun tak bisa kita atasi.

HEART WORK

Oleh: Rhenald Kasali
(dr detik.com)


Orang-orang dulu mengajarkan kita kerja keras (hardwork), tetapi para pakar sekarang mengatakan hardwork saja tidak cukup. Dibutuhkan heartwork (bekerja dengan hati) untuk mencapai keberhasilan. Hari-hari ini saya sedang menikmati liburan di Jepang, dan saya lihat sendiri bagaimana orang-orang di Jepang bekerja sengan sepenuh hati. Mereka menegur anak-anak saya di Universal Studio dengan tutur kata yang halus dan penuh senyum, berbeda sekali dengan petugas yang memarahi saya di stasiun Gambir atau membentak sopir saya di Bandara Soekarno-Hatta. Seorang pria Jepang berusia 30-an yang ditugasi mengantar dan menjemput saya selama di sini menunjukkan kesungguhan hatinya. Datang tepat waktu, mengerjakan apa saja yang diminta dengan penuh senyum. Bahasanya halus, sesekali ia berbahasa Indonesia dan Bali.
Layanan yang saya terima jelas berbeda dengan apa yang pernah saya alami di atas pesawat terbang milik Armada Amerika. Mereka bergerak cepat dan bisa memerintah kami sebagai penumpang kalau ada hal-hal yang mereka anggap kurang pas. Dalam perjalanan dari Cleveland menuju Orlando seorang teman pernah tergoda dengan tulisan di sebuah toko penjual oli mesin mobil yang bunyinya: “Serve With Smile”. Ternyata setelah bertransaksi yang muncul seorang pria berwajah dingin yang melihat dengan keangkuhan. Mereka semua adalah pekerja keras, yang rela bangun di malam hari, melayani dengan cepat, tetapi maaf, bekerja tanpa hati, tanpa interkoneksi antar batin, tak ada senyum dan perhatian, selain memenuhi perntah dan tugas.
Di hari-hari pelaksanaan pemilu saya merenungi nasib bangsa saya ke depan. Di meja kerja saya ada beberapa poster dan kalender yang dicetak oleh beberapa orang caleg yang menyerahkan kepada saya lewat berbagai cara. Ada yang dititipkan di rumah, di kantor, di ruang seminar, di pintu tempat ibadat atau lewat sanak keluarga. Salah satunya datang dari keluarga dekat di kampung. Masya Allah, saya terkejut sekali, si Polan, memajang panjang-panjang gelarnya: Prof. Dr. ……………., Ph.D.,SH,MA. Kapan dia sekolahnya? Kalau orang tidak mengerti, ia pasti akan dipilih karena disangka seorang profesor, intelektual bangsa. Wajahnya juga oke, tapi maaf, dari ucapan-ucapannya saya tahu persis yang keluar cuma uang dan uang melulu. Uang untuk menjadi caleg nomor satu, uang gaji DPRD, dan tentu saja uang pesangon kalau nanti berhenti jadi wakil rakyat.
Di salah satu kabupaten, seorang teman bertengkar dengan keponakan-keponakannya yang mengamuk karena tidak berhasil masuk sebagai caleg nomor satu. Ia marah-marah lalu pergi meninggalkan kampung. Ciri-ciri orang kampung /desa yang kata Sumilan (lewat bukunya yang berjudul Mandor Kawat) sebagai ikhlas pupus sudah dalam politik. Orang bisa berubah karena politik, kekuasaan dan uang. Padahal semua itu bisa diperoleh tanpa melakukan cara-cara itu asalkan orang mau bekerja dengan keikhlasan.
Chan Chin Bok, mantan petinggi EDB (Economic Development Board) di Singapura mengakui hal ini. “Singapura hari ini bukanlah hasil dari sebuah pergumulan kerja keras belaka,” katanya. “Melainkan sebuah heartwork”. Ketika Lee Kuan Yew memenangkan pemilu pada tahun 1959, partai yang dikuasainya (PAP), bukanlah sebuah kekuatan yang ditakuti. Bagaimana orang mau bekerja untuk uang kalau uang yang mau dibagikan saja tidak ada. Rakyatnya terbagi-bagi dalam kampung-kampung etnik dengan dialog masing-masing. Orang-orangnya jorok dan membuang sampah sembarangan. Pantainya tidak ada yang bagus sehingga tak ada teroris yang mau datang. Pertanian tidak memadai karena tanahnya kurang subur dan lahannya terbatas. Kalau seluruh lapangan sepak bola di Singapura saat itu dikonversikan menjadi sawah, maka mereka hanya cukup menghasilkan padi untuk 40.000 orang.
EDB memulainya dengan merencanakan sebuah taman industri, tapi mereka tak punya bahan baku dan buruh yang trampil. Siapa yang harus direkrut untuk membangun Singapura? Haruskah kita memberi insentif besar untuk merekrut para wakil rakyat mengawasi pemerintahan? Benar, Singapura memberi insentif yang tidak tanggung-tanggung. Tetapi itu adalah buah dari sebuah proses, bukan merupakan iming-iming di muka. Chin Bok direkrut karena pengalamannya, bukan karena uangnya. Ia adalah mantan salesman mobil yang tulisan-tulisannya sering muncul di media massa. Sebagai salesman ia sudah terbiasa melayani calon pembeli dan mempertahankan hubungan. Ia bukanlah seorang lulusan sekolah tinggi yang tahu banyak teori, tetapi ia adalah pembelajar yang mencintai profesinya.
Kata Kowzes dan Posner, Anda memerlukan “great team” untuk menang. Anda bisa saja kalah dengan tim ini, tetapi tanpanya, Anda pasti tidak bakalan bisa menang. Dan kata John MAXWELL, sebuah great team tidak harus terdiri dari orang-orang luar biasa, cukuplah orang-orang biasa saja. Orang-orang biasa yang bekerja sepenuh hati akan bekerja dengan komitmen dan mereka akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kata Jim Collins, jangan gegabah dalam rekrutmen. Kalau tidak dapat hari ini, jangan memaksakan diri harus ada. Staf-staf Anda yang tidak sabar pasti akan mendesak Anda agar buru-buru mengambil orang. Tetapi kalau Anda mau sedikit sabar, Anda mungkin akan mendapatkannya, yaitu orang-orang yang bukan cuma sekedar harus bekerja, tetapi memang mau bekerja sepenuh hati.

Islamis Itu Nasionalis

(Dari milis Daarut-Tauhiid)
Laporan : KH Didin Hafidhuddin


Sudah menjadi fakta sejarah nasional negara kita bahwa kemerdekaan yang direbut dari tangan penjajah, mayoritas diperjuangkan oleh umat Islam yang dipimpin oleh para tokohnya dari berbagai kalangan, seperti para ulama, para kiai, para ustaz, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Mereka tampil sebagai garda terdepan dalam mengusir penjajah. Hal ini dilakukan, oleh karena mengusir penjajah itu, bagi kaum Muslimin, bukanlah semata-mata panggilan Ibu Pertiwi maupun Tanah Air, akan tetapi terlebih lagi merupakan panggilan suci yang bersumberkan dari ketauhidan dan keimanan.

Islam adalah ajaran yang menentang segala bentuk penjajahan dan perbudakan dalam seluruh tatanan kehidupan. Tidak boleh satu suku bangsa merasa lebih baik daripada bangsa lainnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah SAW menegaskan, ''Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian semua berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Tidaklah orang Arab lebih baik dari orang-orang 'Ajam (non-Arab) dan tidak pula orang yang berkulit putih lebih baik daripada orang yang berkulit hitam, kecuali ketakwaannya kepada Allah SWT.''

Penegasan Rasulullah SAW itu merupakan salah satu implementasi firman Allah SWT yang terdapat dalam Alquran (QS 49: 13), ''Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.''

Para pejuang kemerdekaan yang notabene orang-orang Islam itu selalu meneriakkan kalimat takbir (Allahu Akbar) ketika menggerakkan massa untuk menghadapi serangan penjajah, walaupun hanya dengan senjata bambu runcing, sementara penjajah dengan senjata api yang lebih kuat dan modern. Ternyata mereka dianugerahkan kemenangan oleh Allah SWT. Dan, sebagai bukti rasa syukur kepada-Nya diukirlah kaliamt 'Allah' pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi 'Atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa'.

Fakta tersebut dan fakta-fakta lainnya, seperti melawan PKI Muso 1948, Gestapu PKI, dan melawan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS)/Front Kedaulatan Maluku (FKM) di Ambon baru-baru ini, menunjukkan bahwa umat Islam yang memiliki akidah yang benar itu, sesungguhnya adalah nasionalis tulen. Tidak ada dikotomi atau pemisahan antara Islam dan nasionalisme, karena pada dasarnya nasionalisme itu adalah bagian dari ajaran Islam.

Sungguh amat naif, berpikiran sempit dan ahistoris, orang-orang apalagi para pemimpin yang membedakan atau bahkan mempertentangkan antara Islam dan nasionalisme dan Islamis dengan nasionalis, seperti yang sekarang kembali dimunculkan. Ungkapan tersebut sangat tidak layak dan sudah lapuk untuk dijadikan sebagai suatu wacana, apalagi dalam pemilihan presiden dan wapres mendatang.

Mudah-mudahan kita semua bisa berpikir lebih jernih dan prospektif untuk membangun masa depan Indonesia yang berkeadilan dan berkesejahteraan. Wallahu a'lam bis-shawab.




Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar


Pemilu Presiden: Antara Hak dan Kewajiban

*Oleh Hadi (KOMPArS)//*


Sudah menjadi rahasia umum, kita tinggal di salah satu negara paling
korup di dunia. Bentuk korupsi ini telah berjalan dari tingkatan paling
kecil dalam pembuatan KTP, /mark-up /proyek pemerintah, penggelapan
pajak, penyelundupan, penebangan hutan liar, hingga penjualan aset
negara yang tidak transparan, atau yang bercampur dengan kekerasan
seperti maraknya preman dan kejahatan, /backing/, dan lain-lain.

Bila kita bisa mendukung secara nyata gerakan anti korupsi, dalam waktu
dekat kita bisa berharap memperoleh kesempatan sekolah gratis dan
lingkungan yang lebih aman. Logikanya sangat sederhana. Dana pendidikan
dalam anggaran negara (APBN) saat ini hanya sekitar 3% - 4% padahal
/mark-up/ dalam pengeluaran pemerintah saat ini sekitar 40% (kata
beberapa pengamat antara lain Kwik Kian Gie, juga pengalaman saya
pribadi yang pernah ikut membahas beberapa proyek pemerintah).

Tidak usah muluk-muluk, kalau presiden terpilih nanti berani memberantas
korupsi secara bertahap, misalnya menurunkan /mark-up /yang tadinya 40%
menjadi 10% selama 5 tahun, maka akan ada penghematan 30%/5 = 6% per
tahun. Dana yang 6% ini bila dialokasikan semua untuk tambahan anggaran
pendidikan, cukup untuk menjadikan sekolah gratis dari sekolah dasar
hingga tingkat SMU/SMA. Bila penghematan 6% di tahun kedua dialokasikan
untuk subsidi kesehatan, maka kita tak perlu bermimpi mendapatkan
perawatan kesehatan gratis. Kemudian bila di tahun ketiga penghematan
dialokasikan kepada petani dan nelayan, maka kita dapat berharap lebih
banyak orang yang mau terlibat dalam kegiatan pertanian dan perikanan
sehingga tidak semua tergantung ke pusat kekuasaan dan uang di Jakarta.
Bayangkan, bila penghematan berlanjut, berikutnya sektor perumahan
rakyat dan transmigrasi bisa dibantu, pemeliharaan dan pembuatan jalan
baru bisa ditingkatkan, TKI akan lebih diperhatikan, listrik & air
bersih bisa disediakan secara lebih merata, dan seterusnya.

Itu baru dari sisi pengeluaran. Dan neraca APBN mempunyai sisi lain
berupa penerimaan, dari pajak, bea masuk, cukai, perijinan, pertambagan,
kehutanan, perikanan dan masih banyak lagi yang potensinya jauh lebih
besar. Bayangkan, bila kita bisa mengatasi penyelundupan saja, kita tak
perlu lagi mengemis utang luar negeri. Bila kita bisa menanggulangi
penebangan liar yang merugikan 84 milyar rupiah perhari, tidak perlu
lagi kita jual aset negara untuk menutup utang biaya rekapitalisasi
bank. Apalagi kalau semua potensi itu bisa sama-sama diselamatkan, mimpi
sekolah dan pengobatan gratis tentu dengan mudah bisa berubah dari
kenyataan.

Kita berharap siapapun yang nanti terpilih, dia bisa menjadi pemimpin
yang bersih& jujur. Ini sangat penting, karena sesungguhnya hampir semua
masalah yg dihadapi negeri ini bermula dari ketidakjujuran. Dan seperti
kata Aa Gym, satu ketidakjujuran akan melahirkan banyak sekali
ketidakjujuran baru. Dan ketika ketidakjujuran melahirkan ketidakadilan,
akibatnya saudara-saudara kita yang kurang beruntung dan kurang sabar
terpaksa melakukan kegiatan kriminal untuk memenuhi kebutuhan perut
mereka. Memilih pemimpin tidak jujur berarti dukungan terhadap
ketidakadilan, yang ujung2nya kembali kepada kita, lingkungan yg tidak
aman dan bahkan secara tidak langsung telah menjebak generasi sesudah
kita, bisa saja anak kita sendiri, ke kehidupan yang lebih sulit, budaya
kotor, dan tersisih dari peradaban dunia.

Kita tidak boleh melakukan pembedaan antara militer dan sipil, tidak
perlu membedakan laki-laki dan perempuan, pun tidak ada gunanya
membedakan asal dan golongan. Yang kita perlukan adalah melihat
kepribadian calon yang akan kita dukung, bagaimana kejujuran,
keberanian, dan kemampuannya memberikan contoh. Dengan /track record
/selama ini, orang yang jujur, bersih dan berani menjadi sesuatu yg
hampir mustahil dipenuhi oleh capres yang berlatar belakang militer atau
partai-partai yang sedang atau pernah berkuasa. Pembagian hak penguasaan
hutan yang berakibat penggundulan sewenang-wenang dan penyelundupan,
sejatinya dilakukan oleh oknum yang mendapat perlindungan militer dan
penguasa. Belum lagi ketidaktransparanan dana kampanye yang puluhan
bahkan rartusan milyar nilainya, tentu menjadi indikator kegiatan
penggunaan atau pencucian uang hasil KKN.

Bahkan yang diharapkan bisa menjadi pelindung wong cilik, ternyata
justru ikut-ikutan mendukung korupsi dengan memperdagangkan jabatan
gubernur. Kita tentu masih ingat bagaimana pernyataan beberapa anggota
DPRD Jakarta yang menerima uang suap milyaran saat pemilihan gubernur
terakhir. Atau, bagaimana mungkin, seorang bayi yang baru bisa berjalan
langsung mendapat hadiah pompa bensin (SPBU). Sekarang, Andalah yang
menentukan sendiri arah negeri ini. Bila Anda ingin negeri ini segera
bangkit, satu-satunya jalan adalah menggunakan hak pilih untuk memilih
pemimpin. Negara yang aman bukan tercipta oleh pemimpin yang punya
senjata, tetapi terbentuk oleh masyarakat yang berkeadilan, yang
mempunyai persamaan hak dan kewajiban, dan merasakan pemerataan kemakmuran.

Negara yang makmur tidak mungkin tercipta oleh pemimpin yang tidak
jujur. Rakyat yang sejahtera bukanlah rakyat yang menerima pembagian
kaos dan sembako menjelang pemilu, tetapi hanya akan tercipta bila
pemimpin memegang jiwa amanah, berani berkorban, mampu memberikan contoh
hidup sederhana, dan mampu berfikir ke depan. Pemimpin yang benar tak
akan takut menghadapi ancaman apapun, apalagi sekedar menandatangani
kontrak politik. Ia akan siap tampil dalam setiap situasi memberikan
kebanggaan bagi seluruh negeri. Yang ia takuti hanyalah Tuhan Sang Maha
Pencipta.

Ada kalanya kita terlalu naif dengan meyakini apa yg terlihat kasat di
depan mata kita padahal kemunafikan yang akan mereka berikan. Padahal
dalam keharian pun kita masih sering salah dalam bertindak. Jadi, tidak
ada salahnya, bila kita pertajam mata nurani, kita perlebar telinga
hati, atau kita dengar pendapat tokoh masyarakat yang telah lama
menyuarakan kejujuran. Lihat juga bagaimana para calon yang tak berani
menandatangani kontrak politik untuk memberantas korupsi, menegakkan
hukum, dan meningkatkan kesejahteraan kelompok yang selama ini menjadi
korban dari ketidakadilan? Masihkah kita tega memilih mereka?

Ikut pemilu adalah hak kita sebagai warga negara, sedangkan memilih
pemimpin yang jujur & bersih adalah sebuah kewajiban yang harus
dipertanggungjawabkan di depan pengadilan Tuhan. Insya Allah, bila kita
menggunakan hak kita dengan baik, harapan sekolah gratis, negara aman,
lebih mudah mencari pekerjaan akan bisa kita wujudkan bersama. Ataukah
kita bertahan dengan ideologi buta? Tentu kita tak berharap, timbangan
amal kita berkurang karena kita salah menentukan pilihan, padahal
petunjuk yang sejelas-jelasnya telah ada di depan mata kita ???

Ali Sadikin (Mantan Gubernur DKI)

"Saya Anggap Amien Rais adalah Orang yang Punya Pendirian, dan Yakin
Terhadap Dirinya. Dia Blak-blakan dalam Budaya Serba Takut. Ini Saya
Hargai, Ini yang Saya Tunggu-tunggu."

Eros Djarot (Budayawan, Ketua Umum Partai Nasional Banteng Kemerdekaan
/ PNBK)

"Figur Amien Rais kita perlukan untuk membenahi negara ini. Dia itu
orang yang tidak feodal, bersih, tidak korup, dan masih bersikap
biasa-biasa saja, terbuka. Kalau memang kita mau meluruskan arah
reformasi, maka inilah yang kita tawarkan. Pasangan Amien Rais dan
Siswono sepertinya yang paling rasional."


Todung Mulya Lubis (Pengacara dan Aktivis HAM)

"Kalau Mencari Politisi yang Teguh Pada Prinsip Penegakan Hukum Serta
yang Teguh pada Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Amien Rais
adalah Orangnya."


Dr. Hidayat Nurwahid (Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera / PKS)

"Amien Rais adalah seorang tokoh yang selain merupakan ketua partai.
Beliau adalah Ketua MPR dan beliau juga yang menggulirkan reformasi.
Sehingga hal tersebut adalah sebuah kualitas yang patut di apresiasikan."


K.H. Zainuddin MZ (Da'i Sejuta Umat, Ketua Umum Partai Bintang
Reformasi / PBR)

"Untuk membereskan bangsa yang sedang bermasalah diperlukan pemimpin
yang masa lalunya paling tidak bermasalah, sehingga dia akan fokus
terhadap penyelesain masalah Bangsa. Pasangan Amien Rais dan Siswono
adalah pasangan yang paling tidak bermasalah, sehingga saya dan seluruh
keluarga PBR mendukung pasangan ini".


Emil Salim (Mantan Menteri KLH)

"Saya tertarik pada seorang Siswono yang bicara gamblang dan penuh
empati tentang visi dan masa depan mengangkat derajat kehidupan petani
Indonesia, terutama rakyat kecil. Ia bicara dengan mata berkaca tentang
nasib petani miskin ditengah-tengah tanah Indonesia yang subur. Ia
bicara tentang keharusan mutlak mendobrak kemiskinan structural yang
membelenggu para petani rakyat kecil, ia kemukakan apa yang harus dan
dapat diperbuat secara praktis dan realistis."


Astri Ivo (Anggota Dewan Pakar PKS)

"Indonesia membutuhkan pemimpin yang takut pada Allah. Jika dia takut
pada Allah maka tidak mungkin dia korupsi, tidak mungkin zalim dan tidak
mungkin menindas. Pemimpin juga harus berilmu."

Franky Sahilatua, Seniman

"Ini saatnya kejujuran yang memimpin bangsa ini. Amien Rais-Siswono
adalah cermin kejujuran. Sedekah kita kepada Bangsa dengan memilih
pemimpin yang jujur. Ada semangat kita dalam ucapannya, ada mimpi kita
dalam pikirannya, Amien- Siswono ada bersama kita."

Bimbim Slank, Musisi

"Sejak dulu saya sudah menjadi aktivis politik, tetapi tidak masuk
parpol manapun. Saya mendatangi deklarasi pasangan Amien-Siswono karena
Amien Rais adalah orang yang paling bersih diantara para capres dan
patut didukung. Dia the Best."

K.H. Arifin Ilham, Pemimpin Majelis Zikir "Az-Zikra" Jakarta

"Jika kalian beriman, Allah pun akan mengirimkan pemimpin yang beriman.
Dan Al Qur'an sendiri telah menggambarkan, kita sebenarnya telah
merindukan kesejahteraan dan keadilan. Kalau yang kita butuhkan keadilan
dan kesejahteraan, maka yang kita butuhkan adalah pemimpin yang amanah,
dalam bahasa Arabnya pemimpin yang amanah adalah Amien Rais,"

PRESIDEN BOLEH PERGI, PRESIDEN BOLEH DATANG

Oleh :
Taufiq Ismail

Sebuah orde tenggelam
Sebuah orde timbul
selalu saja ada suatu lapisan
masyarakat di atas gelombang itu selamat
Mereka tidak mengalami guncangan yang berat
Yang selalu terapung di atas gelombang
Seseorang dianggap tidak bersalah
sampai dia dibuktikan hukum bersalah
Di negeri kami ungkapan ini begitu indah
Kini simaklah sebuah kisah
Seorang pegawai tinggi
gajunya satu setengah juta rupiah
Di garasinya ada volvo hitam
BMW abu-abu, Honda metalik,
dan Mercedes merah
Anaknya sekolah di Leiden,
Montpellier dan Savana
Rumahnya bertebaran di Menteng,
Kebayoran dan macam-macam indah
Setiap semester ganjil isteri terangnya
belanja di Hongkong dan Singapura
Setiap semester genap isteri gelapnya
liburan di Eropa dan Afrika
Anak-anaknya....................
Anak-anaknya pegang dua pabrik
tiga apotek dan empat biro jasa
Selain sepupu dan kemenakannya
buka lima toko onderdil, lima biro iklan
dan empat pusat belanja
Ketika rupiah anjlok terperosaok,
kepeleset macet dan hancur jadi bubur,
dia, hah ! dia ketawa terbahak-bahak
kerena depositonya dollar Amerika semua
Sesudah matahari dua kali tenggelam
di langit Barat, jumlah rupiahnya
melesat sepuluh kali lipat
Krisis makin menjadi-jadi
Dimana-mana orang antri
Maka 100 kotak kantong plastik hitam
dia bagi-bagi
Isinya masing-masing : Lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng, dan tiga bungkus
mie cepat jadi.
Peristiwa murah ini diliput
dua menit di kotak televisi
dan masuk koran halaman lima pagi sekali
Gelombang mau datang,
Datang lagi gelombang setiap bah air pasang
Dia senantiasa terapung di atas banjir bandang
Banyak orang tenggelam toh mampu timbul lagi
lalu ia berkata sambil berdiri :
Yaaa..... masing-masing kita kan
punya rejeki sendiri-sendiri
Seperti bandul jam bergoyang-goyang
Kekayaan misterius mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......mau diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa
Kekayaan ......harus diperiksa
Kekayaan ......tidak jadi diperiksa



(Dibacakan di beberapa pentas puisi di jakarta)

Sajak-sajak Peduli Bangsa
Republika,
9 Agustus 1998


Tuesday, June 22, 2004

PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG

(solilokui Indah IP)

PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
I

pukul dua belas lewat dua belas. burung besi mendarat empuk di tabing, padang.
begitulah pada akhirnya aku selalu ingin pulang. pulang ke tanah mana pernah kutinggalkan masa kecil yang sebentar. pulang ke ngiang senandung ibu tentang kampuang halaman nan jauah di mato. menggelendot di kaki ayah dalam ayun-ayun taktontong sore hari, “oo.. upik tarunuik anak ayah, ‘nak oooi…”

tan malaka sepuluh masih kokoh meski mulai sepuh. pagar hitam itu pernah menyimpan air mata kecilku ketika berlari pulang mencari peluk ibu. selebihnya masih pohon jambu yang sama di teras depan meski tanpa cengkeh, rumpun tebu dan ayunan. juga pohon mangga yang sama di teras samping tapi dengan pergola baru dan tonggak-tonggaknya yang kaku. Dan aku sudah harus berangkat, menuju sawahan, sebelum lengkap semua tercatat. bernostalgi dengan belimbing subur di balik tembok pecah. menerawang tanah berilalang di balik masa-masa cerah yang pernah hilang.

jelang sore, kutelusur cendol pattimura dengan empingnya yang mewah, beberapa tusuk sate, hingar-bingar knalpot tepi jalan, parak kerakah dengan gunung biru menawan di ujungnya dan kali parak kopi andalas yang coklat namun tak terlalu deras. duhai. aku teringat padamu. Teringat pada sesuatu yang mungkin pernah kita simpan di antara tembok-tembok kampung cina lama, di antara pondok juga los-los pasar tanah kongsi, di antara sampan-sampan berjejer sepanjang muaro seberang palinggam, di antara lampu-lampu hias dan lengkung busur jembatan siti nurbaya yang sebelumnya masih rencana, di antara senja masa kecil dalam empek-empek purnama, es buah depan bioskop dan nasi kapau pagi-sore yang tak pernah bosan kita lulur lewat kerongkongan.

dunia mungkin berubah, tapi sebentuk kenang masa kecil kita biarkan absolut di rongga dada dan tak pernah pindah.

-padang, 7 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
II

hari kedua. ziarahku menuju tunggul hitam tabing ujung landasan.
menyisakan teduh payung dan gugur kemboja di bawah langit menggunung.
uci, babak, mungkin di rentang waktu segerobak masa lekang, tapi tidak
di dadaku

satu jam lima belas menit kutinggalkan kota padang menuju pariaman.
sepanjang enam puluh lima kilometer kunikmati cerah petak sawah, rimbun rumpun-rumpun tebu, lebat ladang cabai, hijau daun kunyit dan julang batang-batang kelapa. ada senda gurau anak petani dengan caping di atas kepalanya. ada sekumpulan kerbau dengan lumpur di sekujur tubuhnya. sesayup pekik saluang seperti menyambut nada-nada pulang di kepala. pepohon jengkol tepi jalan memamerkan ranum dan lebat buahnya. beruk pemetik kelapa menunjukkan ketangkasan, menemani setapak anak tangga turun menuju surau tua berlumut dalam dusun. tahukah kau, tak jauh dari tempat ini sekolam mata air pernah mengendapkan kenang masa kecil demikian dalam. kusesap lelah dalam manis ruas tebu. membiarkan ampasnya lumat oleh tanah dan waktu.

bergitulah roda berputar ke simpang jagung, sungai sariak, sicincin. pada air terjun lembah anai hujan jatuh selebatnya. menampar keras tebing-tebing terpapas dan perbukitan. pohon-pohon pinus menusuk langit sebagai perhiasan bukit. kebun-kebun kol matang seperti rinduku yang siap dipanen sepanjang lereng. lewati padang panjang dan koto baru, tiba aku di simpang pendakian gunung merapi – singgalang. malam mulai renta ketika kutangkap kerlap-kerlip bintang rendah bertebaran dari padang luar.

nun jauh di sana, di kota bukittinggi, kutahu ada yang sedang mempertaruhkan tiktak waktu.

-padang-bukittinggi, 8 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
III

tangah sawah. duduk di atas tikar sehabis jamaah, subuh terasa demikian pendek. kota ini di lembah tri arga, tiga gunung tinggi singgalang, merapi dan sago. sejauh mata memandang langit berhias siluet urban. tanah berselubung padi, sayur dan buah-buahan. gerombol jeruk limau menggodaku dari balik pagar. kematangannya menjuntai hingga merundukkan batang-batang ke tanah. mungkin salah satu yang kelak kurindukan adalah mengunyah bengkuang dari kebun sendiri, juga daun singkong, terong dan pepaya. sebelum surya meninggi, kupastikan secangkir teh panas dan lontong menempati posisi. angin menyapu rambutku. membasuh perih sebagian paru-paru. tiba-tiba ada menyelinap lindap. sebentuk haru.

tarok. awal ziarahku hari ketiga. tak ada kemboja. cuma ranting-ranting tua yang tegar serta ilalang yang tak henti gemetar
di pusaramu, opa
rerumput bisu
menangkap sepi dadaku
biru

langit masih bersahabat dalam siang yang tidak mendung tidak juga cerah.
dan kususur langkah teramat panjang. jejak hilang, reruntuh rumah gadang. menemu sesisa air mata yang jatuh di anak tangga terakhir tempat berakar sejarah lahir

hingga malam itu, aku masih duduk di keramaian terang bulan, dengan sebungkus sate dan jam gadang yang kenyang jadi saksi, kerinduan anak negeri, pada tanah sendiri

-bukittinggi, 9 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
IV

ziarah keempat. pagi pecah dalam lontong tauco dan ketupat sayur. pasar atas mengikat kakiku. kaos, selop, kerudung, tak henti menyeret ke ujung. dan sekejap ada yang kering. selain ikan salai, bilih dan belut garing.

matahari belum sampai ubun-ubun ketika tapal kuda dan lonceng bendi membangunkan sepi wajah padi. gulai cubadak, dendeng balado, usus, kalio ayam. tak ada yang lebih nikmat selain menarikan jemari di atas daun pisang dengan semenu lengkap nasi kapau berkuah, secangkir teh dan sehampar tikar pandan yang hangat.

melanjutkan perjalanan, ada yang tiba-tiba bertempelan di langit-langit lembab gua jepang. memantul-mantul dinding hijau ngarai sianok. ada yang tiba-tiba timbul tenggelam di kebiruan danau maninjau. Melipir pematang-pematang kaki bukit dan dangau-dangau. ada yang tiba-tiba berkelebatan di balik mendung lubuk basung. menderas plta dan kerambah ikan tepi hutan. ada yang tiba-tiba berkejaran menanjak menurun sepanjang kelok empatempat. seperti ingin disampaikan komatkamit beruk di kelok lima sampai delapan. seperti ingin ditunjukkan curam di kelok dualima yang paling tajam, lesat secepat ingatan, kekasih, namamukah gerangan?


-bukittinggi, 10 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
V

teman pagi ini adalah secangkir kopi, lapis pisang goreng dan ketan harum santan. sejujurnya ingin kupatahkan saja langkah untuk tidak
berangkat. tak berhasil kubuktikan perpisahan bukan kehilangan yang berat.

ziarahku kelima lewati ikan sakti sungai janiah, tabek patah dan parak jua. ada selokan-selokan bening. sekumpulan bebek patuh mengiring tuannya. awan tipis pecah berarak membelai lereng gunung yang erat memeluk sawah. dadaku buncah menyaksikan keindahan tumpah setumpah-tumpahnya.

batusangkar ibukota tanah datar. di depanku istano pagaruyuang. berlatarbelakang gunung bungsu tempat wisata para pendaki. Duplikat peninggalan rajo terakhir minangkabau yang konon aslinya di istano si rinduang bulan. pada kisah picuran tujuh, tabuah larangan, binuang sang kerbau, gumarang kuda si cindua mato hingga tiga lantai sebelas gonjong tujuhdua tonggak istano basa, kurunut akar leluhur. kebesaran bundo kanduang yang mengutamakan kesejajaran martabat perempuan dan laki-laki, sejarah akar, agung adat budaya.

berlanjut ke batu batulih dan batu batikam. seekor elang bersahaja di puncak pohon tua adalah satu dari sekian pemandangan ganjil yang menyirap darahku. menit-menit kemudian kutuju danau singkarak. Memecah perak permukaannya dengan sampan. oleng ke kiri oleng ke kanan. Ada mengombang-ambing di ujung jantungku. keteduhan yang entah sempat entah tidak akan kunikmati lagi. gerimis menghujamkan jarum-jarumnya tepat ketika sampan menepi. membuyarkan sketsa lama permukaan dengan pola-pola baru yang mungkin lebih abadi.

solok, simpang lubuk selasih, alahan panjang. ada padi kuning menunggu panen. ada pelangi bertingkat di balik rinai dan matahari siang. kutuju danau di atas-danau di bawah. serambatan kebun-kebun markisah. menggigil dalam panorama danau biru pekat, gemeretak kilat dan hujan lebat.

di jalan kabut turun tiba-tiba. sesaat malam buta. kupastikan jarak terjaga, lampu menangkap tanda. ketegangan tanpa jeda. hingga sampai panoraman sitinjau laut, gerbang masuk arah timur kota padang. lewati indarung, entah apa bertanggalan perlahan-lahan dari mataku. menyisakan pedih sekaligus rindu.

-bukittinggi-padang, 11 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
VI

seperti negeri dongeng. blab! aku bangun di lembar yang berbeda dari kemarin.
ziarah keenam. pantai padang. kutemani terbit matahari dari pinggir dam.
membiarkan angin menyapa gerai rambut dan rona pipi. merekam ketika.

sebelum menuju air manis, kunikmati jejer perahu dari atas jembatan gantung muaro. menghitung lelah wajah nelayan tertidur di atas papan dan menyimpan indah pinggir kali berhias bangunan-bangunan tua yang masih lestari.

perjalanan mendaki menguji kekuatan dan kecepatan roda-roda membawaku.
dinding-dinding kaku, jurang terjal, hutan lindung, langit biru. Tiba aku di pantai air manis berpasir kelabu. geladak terpotong dan temali batu mengembalikan legenda anak durhaka si malin kundang. di balik kaki-kaki berdebu kucari tempat mana pernah ditumpahkan selaut air mata. di kejauhan pulau pisang menggoda pandang. di belakang bukit kujelajah teluk bayur pelabuhan.

sore magenta kututup dengan miso si kawet
malam renta kusambangi dengan beberapa ketuk pintu, kenang membatu

-bukittinggi-padang, 12 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
VII

merambati tebing-tebing hijau padat. kuselidik muka gua yang konon berpenghuni sekumpulan babi hutan. sampai di pantai putih bungus, caroline, carlos. kucari tempat teduh di bawah pohon berdahan lebat sambil menyesap sari kelapa muda. di atas tikar beberapa bungkus kacang rebus dan jeruk berserak.

obrolan ringan dengan nelayan setempat menghantarku ke gabuo, pulau pasir landai tengah laut. ziarah ketujuh. terumbu karang membiru-hijau di kedangkalan. ikan terbang dan ubur-ubur sesekali lengkapi keindahan. tiba-tiba jelang merapat, penyeimbang sampan kiri patah oleh tampar gelombang. tapi mereka memang sudah teruji pengalaman. tak ada kepanikan
ketika harus dengan sabar menyambungkan kembali kepatahan dengan temali tersisa.

bertelanjang kaki, terik menjilat kulitku. membakar bukan hanya tubuh dan wajah melainkan juga seluruh penat dadaku. silau berpantulan dari kerang dan selimut pasir. kupilih beberapa berwarna, merendamnya dalam botol plastik yang hingga pulang tak lepas kubawa. dan sampai juga senda gurau gelak riang mengarahkanku pada bunyi perut mengerang. siang pun berkeringat dalam gulai kepala ikan, sambalado jengkol, singkong rebus dan aneka ragam penganan tepi pantai di lapau terdekat teluk kabuang.

perjalanan belum berakhir. tapi seperangkat oleh-oleh, senandung saluang-bansi dari dua kotak kaset, beberapa pasang selop dari petak pasar raya kampung jawa, keripik ebi, kacang ampera dan berbungkus-bungkus sate alang laweh yang memanjakan lidah malam itu tak henti menggiringku pada paranoia lembar yang sebentar lagi tamat.

-bukittinggi-padang, 13 desember 2002-


PADA AKHIRNYA AKU SELALU INGIN PULANG
VIII

berangkat setelah subuh, ziarah kedelapan. tahukah kau betapa kampung nelayan bisa sangat menggairahkan di pagi hari ? pukul sembilan di pasir jambak, pasir sebelah. beberapa biduak pinjalang dengan dua penumpang mulai datang. ada yang kompak memberi aba-aba. ada yang siap menghimpun tenaga. bergantian batang-batang kayu diselipkan ke perut sampan. hingga jauh dari pantai, para nelayan sigap memilah hasil tangkapan.

di sisi lain sekelompok pemukat ikan berbaris satu-satu. melilit tali di pinggang, mengarahkan sentakan pada titik putih di kejauhan. senda gurau dan senandung ringan tak lepas dari bibir mereka. kabarnya jaring ditebar sehabis subuh, ditarik mulai pukul delapan hingga pukul sepuluh. bergantung musim hasilnya tak tentu. kadang banyak kadang sedikit. diantara rumput laut, ikan, kepiting, ubur-ubur dan udang, tak jarang sampah, sobekan sandal, botol plastik dan kayu lapuk ikut tersangkut.

pagi itu kunikmati udang saus mentega. gurih terakhir tak berbekas di atas piring melainkan dimataku. tentang buih tepi pantai, ceria anak nelayan bermain di antara batang-batang nyiur dan hangat butir pasir. bagi mereka ombak dan angin adalah teman. lebih dari itu, sumber penghidupan. suatu saat merekalah penguasa laut. penerus kayuh dayung dan bentang layar yang tangguh memeluk badai menantang maut.

ah. kalau bisa. kalau saja bisa. ingin kuingkari siang tak bersahabat ini.

menuju tabing, cuaca murung. sesaat kukira hujan mendengar gelisahku. karenanya ia rela jatuh demi menunda keberangkatan terakhir yang penuh ragu. hempas angin pintu ruang tunggu menggamit kesadaran. lah tiba masanya.

kau sudah tahu, pada akhirnya aku selalu ingin pulang. maka tak ada alasan untuk berhenti. tak pernah ada alasan untuk membiarkan langkah terinterupsi.

pukul empat sore di landasan. mataku mengabut. lambai tangan-tangan mungil menjelma titik kecil yang pelan-pelan hilang.

kekasih, aku pergi
burung besi meninggi
sepotong nyali pasi dalam gemelutuk gigi

-bukittinggi-padang, 14 desember 2002-


SEMARANG DI TMII DAN HIKMAH DARI SUNAN KALIJAGA

(Tulisan Heru Widiyanto di milis YISC Al-Azhar)

Tamba ati, iku ana lima perkara
Kaping siji, maca Qur’an sak maknane
Kaping pindo, shalat wengi lakonana
Kaping telu, wong kang sholeh kumpulanan
Kaping papat, weteng ira ingkang luwe
Kaping lima, dzikir ira ingkang suwe
Salah sawijine, sapa bisa hanglakoni
Insya Allah, Gusti Pangeran ngijabahi
( disenandungkan dengan nada sama dgn nasyid Raihan, yang liriknya : Wahai
Tuhan, aku tak layak ke surgamu , namun tak pula aku sanggup ke
nerakamu.dst>>>judulnya saya lupa)

Bahasa Indonesianya :
( Obat hati itu ada lima hal :
satu, membaca Al-Qur’an dan paham maknanya
dua, melakukan sholat malam
tiga, berkumpul dan bergaul dengan orang-orang sholeh
empat, melakukan puasa
lima, dzikir yang lama
Salah satunya, kalau kita bisa melakukannya
Insya Allah, Allah SWT akan memberikan penyembuhan).

Tembang/nasyid “Tamba Ati’ yang sekarang sering dilantunkan Cak Nun , yang
susungguhnya ciptaan Sunana Kalijaga, mengawali pentas Kethoprak Truthuk
yang inovatif Lakon Pandanaran (berdirinya Kota Semarang) dianjungan Jawa
Tengah TMII, minggu, 20 Juni 2004 kemarin. Karena pentas tersebut juga
diawali adegan Sunan Kalijaga yang sedang memberikan ajaran-ajaran para
cantriknya (sekarang santri) dan secara khusus kepada Jaka Pameling. Tentang
petuah2 bagaimana menghadapi realita kehidupan termasuk secara khusus bila
kelak menjadi pemimpin di suatu negeri.

Di Kadipaten Tirang , adipati dan para jajarannya sedang membahas
pengembangn wilayah sebagai tuntuan perkembangan sosial budaya. Maka
diputuskan utk melakukan perluasan wilayah dengan membuka hutan Asem Arang.
Maka para prajurit pun dikerahkan untuk melakukan aktifias itu. Tetapi tidak
mudah, karena di didalam belantara hutan tsb bermukin Jin2 yang tidak
menerima hal tsb. Perlawanan pun berlangsung yang puncaknya pimpinan jin tsb
marah dan menyusup ke Dewi Sekar Kedathon putri sang adipati hingga
terganggu jiwanya. Usaha penyembuhan pun dilakukan, sampai akhirnya dibuat
sayembara. Siapa yang bisa menyembuhkannya kalau putri dijadikan saudara dan
kalau pria dijadikan suaminya. Setelah ada beberapa orang yang berupaya
menyembuhkan tapi gagal, maka datanglah Jaka Pameling yang dengan dzikir dan
tauhidnya islamnya atas ijin Allah SWT bisa mengusir jin dari sang putri.
Dan jin itupun bisa ditaklukkannya. Maka Jaka Pamelingpun jadi suami sang
Putri.

Selanjutnya atas masukan dari Sunan Kalijaga, Jaka Pameling dengan gelar
Adipati Pandanaran II dan istri agar meneruskan membuka hutan tersebut dan
mendiami serta memakmurkannya. Nama wilayah tersebut oleh Sunan Kalijaga
dinamakan Semarang , dari kata Asem Arang. Peristiwa tsb tgl 2 Mei 1547 yang
selanjutnya ditetapkan hari lahirnya Kota Semarang. Sura dira jayaningrat,
lebur dening pangestuti.( Ahmad ketum, sering pake kata ini...artinya apa
Mad:-))

Salah satu jalan utama di Seamarang adalah Jalan Pandanaran, yang disitu
banyak oleh2 khas Semarang seperti Lunpia dan Bandeng Presto, sehingga
dinamai wingko babat,lunpia dan bandeng presto Pandanaran.Sering pada dapat
kan.....

Kisah berdirinya kota Semarang tsb, dipentaskan dengan meriah dan antusias
penuh rampak gendang , gamelan, gerak tari, lagu/tembang dan percakapan kas
Semarang oleh Duta Seni Jateng Sanggar Greget Seamarang di Anjungan Jawa
Tengah TMMI. Juga dimeriahkan pentas seni lainnya seperti pembacaan puisi,
tari jawa kijang kencana dan tembang kas Semarang (a.l : Simapang Lima Ria,
Gambang Semarang, Goyang Semarang) oleh para Juara Porseni Kota Semarang
tingkat SD yang juga sedang mempersapkan final tingat Jateng. Saya
menghadiri acara ini karena menemani ponakan yang juara baca puisi dan tari
jawa tsb yang juga terlibat dalam pentas tsb. Sehari di TMII, serasa di
Semarang.

Ada hikmah menarik, bahwa ulama dalam hal ini Sunan Kalijaga melakukan
proses leadeship tapi tidak melakukan kekuasaan. Beliau melakukan
kepemimpinan dengan memberikan ajaran-ajaran moral Islam sebagai guru
bangsa. Saat ini bangsa Indonesia juga mebutuhkan guru-guru bangsa sejati
yang yang motivasi utama dakwah dan dan perbaikan umat. Perjuangan kultural.
Sama dengan para kyai NU yang dipimpin Mustofa Bisri dan Masdar Mas'udi yang
mengadakan pertemuan di Tuntang, Semarang yang menegaskan kembali Nu ke
kithah 1926,kembali berperan seperti Sunan Kalijaga. Masalahnya sekarang
adalah para guru moral bangsa belum mengasilkan murid/kader untuk turun jadi
satria penguasa atau bisa jadi penguasa pada "ndableg" diberi ajaran2 moral.
Sehingga Sunan Kalijaga harus turun sendiri ke kekuasaan. Mungkin juga
mencontoh Panembahan Senopati, Sultan Agung dan raja Mataram lainnya yang
bergelar Khalifatullah Sayidin Panatagama, pemimpin negara dan pemimpin
agama. (heru 200604)

Senyam-Senyum Negeri Pelangi (Bagian 2)

(sambungan e-mail Joel dr Johannesburg)

Rekan-rekan sekalian, di tengah berbagai godaan untuk
menulis, akhirnya rampung juga tulisan kedua untuk Bab
1 ini.

Menulis yang tadinya hanya kegiatan iseng untuk
membunuh waktu, kini seakan jadi hobi. Tiap hari ada
saja inspirasi-inspirasi yang muncul. Entah itu
tentang negara Afrika Selatan atau hal-hal umum.

Welcome kalau ada segala macam input dan feedback.
Entah saran, kritik, protes bahkan caci maki atau
kecaman. Silakan bisa disampaikan lewat milis ini atau
langsung japri. Kalau memang benar jadi buku,
nama-namanya walau hanya sekedar sedikit komentar
tentu takkan lupa disebut di buku.

Oke, selamat membaca, dan kali ini saya tidak ingatkan
untuk tersenyum, karena saya tahu, Anda pun sedang
tersenyum saat ini. Sekali lagi selamat membaca.

joel@joburg
April 29, 2004 08h53

Tiga Ibukota

Pernah dengar ibukota Afrika Selatan? Mungkin ada yang
menebak salah satu dari dua kota terbesarnya,
Johannesburg atau Cape Town. Kota yang disebut pertama
memang kota besar yang jadi pusat bisnis, meski
demikian Johannesburg bukanlah ibukota Afsel.

Cape Town ibukotanya? Bisa betul, bisa juga tidak,
tergantung yang ditanya ibukota untuk fungsi apa. Lho?

Afsel memiliki tiga ibukota, yaitu Pretoria, Cape Town
dan Bloemfontein. Masing-masing secara berurutan
berfungsi sebagai ibukota administratif, legislatif
dan yudikatif.

Lalu bagaimana jika pertanyaan ibukota Afsel muncul
saat anda duduk di kursi panas kuis "Who Wants To Be A
Milionaire"? Tantowi Yahya pun tidak bertanya secara
spesifik ibukota untuk fungsi apa. Kalau bingung
menjawab, ambil saja pilihan bantuan "call a friend"
dan coba telepon Thabo Mvuyelwa Mbeki. Presiden Afsel
itu pasti tahu kota mana yang benar-benar disebut
sebagai ibukota negerinya.


Propinsi Emas

Dari sembilan propinsi di Afsel, propinsi Gauteng lah
yang menjadi propinsi emas. Emas dalam arti sebenarnya
dan juga dalam arti kiasan.

Gauteng dalam bahasa suku Sotho berarti "Tempat Emas".
Ya, pada masanya, emas ditambang besar-besaran di
propinsi ini. Salah satu dari bekas tambang emas itu
kini berubah menjadi tambang uang, alias dialihkan
menjadi tempat wisata. Sambil menikmati santap, para
pengunjung disuguhi nostalgia suasana pertambangan.

Emas dalam arti kiasan karena propinsi ini jadi
jantung kegiatan finansial dan industri. Gauteng
menghasilkan 37% GDP dan memiliki 70% tenaga kerja
negeri itu. Dua kota utama Afsel ada di sini, yaitu
Pretoria (ibukota administratif Afsel) dan
Johannesburg (ibukota propinsi Gauteng).


Johannesburg Yang (Katanya) Jahat

"Welcome to Johannesburg. We want you to have a safe
and enjoyable visit. . Blah blah blah . So we would
like to provide you with some simple safety tips for
the time you spend in Johannesburg."

Begitu bunyi kutipan yang diambil dari situs resmi
kota Johannesburg. Disebut, tak kurang ada 23 tips
secara umum untuk menghindari kriminalitas di kota
ini. Belum lagi tips-tips khusus bilamana ke tempat
hiburan, menjelajahi kota atau sekedar makan di luar.

Segala tips-tips sejatinya malah memberikan nuansa
seram Johannesburg. Dan lebih seram lagi kalau dengar
cerita beberapa orang tentang kota ini. Tak satupun
hal baik diceritakan.

"Hati-hati, banyak copet dan jambret," kata teman yang
ayahnya pernah tugas di sini.
"Mati aja lu! Temanku pernah dirampok di lampu merah",
bilang teman yang lain.
"Di Johannesburg mah biasa kalau melihat orang mati di
jalan," cerita seseorang di Kedutaan Afsel di Jakarta.

Jadi, perhatikan benar semua tips-tipsnya, atau darah
hanya akan mengentalkan warna merah Negeri Pelangi.


Charlize Tharon, Peletak Negara Afsel di Peta

Lewat perannya di film Monster, Charlize Theron
dianugerahi sebagai aktris terbaik ajang Oscar tahun
ini. Tak ada yang menyangka, aktris cantik yang sukses
di Hollywood itu lahir di Benoni, suatu kampung
pertanian di utara Johannesburg.

Beberapa waktu setelah menggenggam Oscar, Theron
pulang kampung. Kini ia lebih diterima para
keluarganya, beda sekali dengan dulu. Ia kena getah
saat ibu kandungnya menembak mati ayah Theron ketika
Theron masih remaja.

Di negeri kelahirannya, tak lupa pula Theron sowan ke
presiden kulit hitam pertama negeri itu, Nelson
Mandela. Kedua tokoh yang saling mengagumi itu
berpelukan sambil menangis sesenggukan.

"Saya sangat menyukai dan mengagumi Anda", puji
Theron. Mandela membalas, "Kau adalah peletak negara
Afsel di peta. Siapa saja yang melihat engkau, akan
tahu kalau ada negara yang bernama Afrika Selatan."


Senyum Negeri Pelangi, Senyum Mandela dan Senyum Anda

Pernah terbayang seperti apa senyum Afsel seandainya
negeri itu bisa tersenyum? Tepat, seperti senyum
Nelson Mandela yang terkenal itu. Dan, itu juga
sebetulnya kurang lebih sama dengan senyum yang sedang
membaca tulisan sekarang ini. Tidak percaya? Silakan
saja tersenyum! :)


Berikutnya.

Bab 2 : Bukan Mimpi di Negeri Pelangi
Bab 3 : Melayu, Satu Warna Pelangi
Bab 4 : Syekh Yusuf, Cahaya di Pelangi
Bab 5 : Sisi Suram Pelangi
Bab 6 : .


Senyam-Senyum Negeri Pelangi - (1 dari 2)

(e-mail dari Joel di Johannesburg)

Rekan-rekan sekalian, berikut ini saya ada sedikit sharing
pengetahuan dan pengalaman tentang negeri Afrika Selatan. Sumber
informasi yang saya dapatkan beragam, mulai dari buku, website,
brosur dan leaflet dari badan pariwisata Afsel yang didapat dari
kedutaan Afsel di Jakarta, dan tentu saja hasil bincang-bincang,
pengalaman serta pengamatan langsung di sini.

Yang akan disampaikan di sini, terutama adalah fakta-fakta yang
cukup menggelitik. Dan mungkin di dalamnya akan terselip opini-opini
pribadi, mungkin benar dan tidak tertutup kemungkinan untuk salah.

Kalau ada rasa penasaran, ragu-ragu atau mau tahu infonya lebih
lanjut, kalau mau saya bisa bantu untuk cari referensinya. Atau
dipersilakan untuk cross check ke sumber-sumber lain, kali saja bisa
bantu saya untuk lebih mengaktualkan dan memfaktualkan tulisan-
tulisan di bawah. Siapa tahu nanti ada penerbit buku yang berminat
untuk menaik-cetakkan.

Sebetulnya cukup banyak yang bisa disampaikan, namun tetap saja ada
keterbatasan, yaitu mood, waktu yang tersedia dan juga kelincahan
menulis. Mudah-mudahan untuk berikutnya ada lagi waktu tersedia
untuk menulis, dan mudah-mudahan tulisannya bisa disajikan secara
serial.

Oke, selamat membaca, dan jangan lupa untuk tersenyum :-)

joel@johannesburg
April 13, 2004 09h36


Negeri Pelangi Bukan Negeri Dongeng

Ada alasan mengapa Afrika Selatan disebut negara yang paling menarik
keberagamannya. Di negeri inilah tinggal berbagai bangsa dengan
beragam budaya, bahasa dan juga agama.

Mayoritas penduduk adalah penduduk asli yang berkulit hitam (77%),
sisanya adalah penduduk dari bangsa-bangsa lain, baik yang telah
turun-temurun tinggal di sini ataupun para imigran yang baru atau
telah lama pindah dari negara asalnya. Mereka antara lain adalah
orang Kaukasian berkulit putih (10%), Asia (3%), Melayu dan campuran
(9%) dan juga penduduk dari bangsa-bangsa lain yang jumlahnya lebih
minoritas.

Uniknya, dari dua penduduk mayoritas, mereka pun ada breakdown-nya
lagi. Penduduk asli kulit hitam di Afsel terbagi menjadi beberapa
bagian besar suku, di antaranya : Sotho, Nguni, Shangaan-Tsonga dan
Venda. Penduduk kulit putih juga terbagi lagi atas asal bangsa yang
berbeda, empat yang terbesar adalah Inggris, Belanda, Jerman dan
Prancis, selain dari negara-negara Eropa lain.

Nah, bisa dibayangkan kan bagaimana "pelangi"-nya negara Afrika
Selatan. Tak heran jika seorang Desmond Tutu -peraih nobel
perdamaian asal negeri itu- menjulukinya sebagai "The Rainbow
Nation".


Bebas Beragama

Jumlah penduduk di Afsel ada kurang lebih 45 juta jiwa. Mereka
paling tidak memeluk satu dari semua ideologi yang ada di dunia,
mulai dari yang monotheisme hingga penganut agama-agama tradisional.
Bisa ditebak, mayoritas penduduk di sini pasti menganut agama
Kristen (75.5%). Lucunya, yang terbesar kedua justru mereka yang
tidak beragama (11.7%). Selebihnya adalah Islam (1.4%), Hindu
(1.4%), Yahudi (0.2%) dan agama-agama lain.


Banyaknya Bahasa Resmi

Bahasa resmi, kebanyakan negara hanya memiliki satu. Beberapa negara
mungkin punya dua atau tiga. Lalu berapa bahasa resmi di Afsel?
Jangan kaget, bahasa resmi di sini "cuma" ada sebelas. Sembilan di
antaranya adalah bahasa yang berasal dari penduduk asli, sedangkan
sisanya adalah bahasa Inggris dan bahasa Afrikaans-nya para
Afrikaaner.


Afrikaaner Yang Tidak Hitam

Jangan terkecoh, Afrikaaner bukanlah penduduk asli yang hitam.
Sebaliknya, Afrikaaner adalah julukan untuk penduduk Afsel kulit
putih keturunan Belanda, Jerman dan Perancis. Mereka memiliki bahasa
sendiri yang disebut Afrikaans, sebuah bahasa yang lebih mirip
Bahasa Belanda. Selain itu, seperti halnya rata-rata penduduk di
sini, mereka juga mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.


Bollywood di TV

Afsel memang bukan India, tapi tetap saja film-film bollywood bisa
dinikmati di sini. Bahkan ada segmen acara sendiri di TV yang
menampilkan top chart lagu-lagu India. Wajar, di sini komunitas
India memang cukup banyak. Bisa dikatakan di Afsel lah komunitas
orang India terbanyak di luar negeri India sendiri.


Ada Kampung Melayu di Afsel

Ternyata makanan khas Indonesia bisa ditemukan juga di sini. Gado-
gado atau sate bisa disantap di kota Cape Town, di suatu distrik
yang disebut Bo-Kaap. Di distrik ini tinggal komunitas melayu yang
berjumlah tak kurang dari 200 ribu orang. Mereka asal-usulnya dulu
adalah orang-orang Jawa yang dibawa oleh VOC pimpinan Jan van
Riebeeck untuk diperkerjakan sebagai buruh. Belum diinvestigasi
lebih lanjut, apakah di sana juga ada terminal bis kampung melayu
seperti halnya di Jakarta.


Seorang Pahlawan Nasional Indonesia Wafat

Abad 17, jaman penjajahan Belanda dulu, ada seorang ulama pejuang
asal Makasar yang awalnya dibuang ke Srilangka. Di Srilangka, beliau
masih kukuh berdakwah, berjuang dan juga aktif menulis (beberapa
karyanya masih beredar hingga sekarang di Indonesia). Karena
kekukuhannya itu, akhirnya Syekh Yusuf diasingkan ke Tanjung Harapan
(Cape of Good Hope), Afsel. Di tempat pembuangan terakhir inilah
beliau wafat di usia 73 tahun. Tahun 1995 lalu, Syekh Yusuf Al-
Makassari oleh pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai pahlawan
nasional.

Berikutnya.

Tiga Ibukota
Johannesburg Yang Jahat
Benoni, Kampung Halamannya Charlize Theron
Penderita AIDS lebih banyak
dll

TENTANG MUSLIM EXCHANGE PROGRAM

(oleh2 Lily dr Melbourne)

From: "Ardas, Arlina Veralda"
Date: Sat Jun 19, 2004 5:24 am
Subject: TENTANG MUSLIM EXCHANGE PROGRAM

Ass. Wr.Wb.

Dear temans,

Alhamdulillah, bersama dua orang rekan dari Yogyakarta, pada tanggal 17-30
Mei 2004 yang lalu saya berangkat ke Australia dalam rangka
Indonesia-Australia Youth Exchange Program. Program ini diprakarsai oleh
Australia National University (ANU) dan University of Melbourne (Unimelb)
dengan didanai oleh Australia-Indonesia Institute (AII)

TENTANG MUSLIM EXCHANGE PROGRAM

Sering kali terjadi kesalahpahaman terhadap Islam dalam pandangan sebagian
besar masyarakat dunia barat, apalagi setelah serangan terorisme 11
September di Amerika Serikat. Kesalahpahaman ini juga terjadi bagi umumnya
masyarakat di Australia

Dalam kaitan itu, AII menyelenggarakan program pertukaran Muslim (Muslim
Exchange) yang antara lain diharapkan dapat menjadi bagian dalam upaya
menghapus kesalahpahahaman tersebut, khususnya bagi Islam di Indonesia,
sekaligus menyambung tali silaturahmi sesama saudara Muslim di kedua negara
tersebut.

Program ini diprakarsai Profesor Virginia Hooker dari jurusan Asian Studies
ANU yang bekerja sama dengan Profesor Merle Ricklefs dari jurusan Asian
Studies Unimelb. Program ini dilaksanakan selama 3 tahun fiskal
berturut-turut, yaitu tahun 2002/2003 sampai 2004/2005. Tiap tahunnya,
sekitar 12 orang Muslim dari Indonesia, diberangkatkan ke Australia selama 2
minggu, untuk mengunjungi institusi dan komunitas Muslim di sana, beberapa
organisasi agama non-Muslim pun masuk ke dalam agenda kunjungan. Sebaliknya,
sejumlah Muslim asal Australia juga mengunjungi Indonesia dalam jadwal yang
berbeda

Kedua belas Muslim Indonesia ini dibagi menjadi 4 kelompok dan
diberangkatkan dalam jadwal yang berbeda. Saya bersama Emil dari Ikatan
Jamaah Ahlul Bait (Ijabi) Yogyakarta dan Trias dari Nasyiatul Aisyah
Yogyakarta, berkesempatan untuk ikut group ke-4 di tahun kedua dalam
rangkaian Muslim Exchange Program. Kota-kota yang kami kunjungi adalah
Melbourne, Canberra, Wollongong dan Sydney.

MELBOURNE
Setelah terbang 1,5 jam Jakarta-Denpasar dan 4,5 jam Denpasar-Melbourne,
kami tiba di bandar udara internasional Melbourne pukul 6 pagi di saat
langit masih gelap. Bulan Juli merupakan musim gugur, sehingga matahari
terbit pada pukul 7.12. Kami dijemput Sarah dari Islamic Council of Victoria
yang menjadi pemandu kami selama 6 hari di Melbourne (Victoria adalah nama
negara bagian dimana Melbourne menjadi ibukotanya).

Melbourne merupakan kota berpenduduk terpadat kedua di Australia dengan
jumlah penduduk 3,2 juta jiwa (bandingkan dengan Jakarta!). Kota ini
dibangun tahun 1800-an, dengan struktur kota yang sangat rapi, dilengkapi
dengan trem sebagai salah satu sarana transportasi dalam kota. Tidak sulit
untuk mencari makanan Indonesia di sini, karena jumlah orang Indonesia yang
belajar di Melbourne ini cukup banyak. Melbourne juga merupakan salah satu
kota favorit bagi pelajar dari belahan dunia. Di kota ini kami menginap di
apartemen yang terletak tepat di pusat kota.

Di kota ini kami mengunjungi Islamic College, Migrant Resource Center,
Victoria Arabic Social Service, dan sebagainya. Termasuk diskusi dengan
mahasiswa Indonesia yang mengajar atau melanjutkan studi University of
Melbourne. Salah satu topic pembicaraan kami pada saat itu adalah...
poligami!

Salah satu kunjungan yang menarik di Melbourne adalah kunjungan ke
Multi-Cultural Section di Victoria Police Station Regional 3. Di sana kami
diterima oleh Multi-Cultual Counsultant bernama Ali Gurtag, seorang migran
Muslim yang berasal dari Turki. Ali menjelaskan bahwa Kepolisian Negara
Bagian Victoria terbagi menjadi 5 regional. Dan sejak tahun 2000, tiap
regional memiliki divisi Multi-Cultural yang minimal beranggotakan 2 orang
konsultan dari golongan minoritas yang ada di regional tersebut. Misalnya di
regional 3 ini, terdiri dari Ali dari golongan Islam, dan rekannya dari
Kristen Ortodoks. Di tempat tertentu, bisa juga terdapat konsultan dari suku
Aborigin atau kaum minoritas lainnya.

Fungsi dari konsultan ini adalah sebagai penyambung lidah bagi hukum dan
kepolisian, terhadap masyarakat minoritas, yang terkadang merasa tidak
nyaman bila harus berhadapan dengan polisi. Ini merupakan salah satu upaya
kepolisian untuk meminilmalkan kesalahpahaman antar warga Victoria yang
multi-kultural. Misalnya, sebelum divisi ini dibentuk, ada suatu kejadian
dimana seorang polisi kulit putih mendobrak pintu rumah seorang Muslimah.
Karena ketika pintu rumah diketuk, pemilik rumah tidak membukakan pintu
selama lebih dari 5 menit, sehingga polisi menyangka pemilik rumah tidak mau
mempersilakan dia masuk. Padahal alasan kenapa Muslimah tersebut tidak
membukakan pintu adalah karena yang bersangkutan sedang sibuk mengenakan
kerudungnya.

Kantor Multi-Cultural Section ini juga memiliki peranan penting untuk
mengedukasi komunitasnya mengenai kaum minoritas. Misalnya ketika terjadi
teror 11 September dan bom Bali, kantor ini mengadakan sejumlah kelas
pengenalan terhadap Islam, untuk mencegah kebencian awam terhadap Islam.
Begitu pula bila terjadi pendiskreditan warga terhadap kaum minoritas
lainnya. Tampaknya warga kulit putih merasa lebih nyaman bila mendapatkan
informasi mengenai kaum minoritas, misalnya Islam, dari pihak kepolisian
dari pada institusi Islam itu sendiri.

Walaupun acara sangat padat, kami sempat juga berwisata ke Heallesville
Sanctuary, yaitu semacam kebun binatang yang khusus memelihara hewan asli
Australia (yang ternyata bukan hanya Kangguru dan Koala saja!). Kami juga
sempat mengunjungi Melbourne Museum dan pasar kaki lima yang ada tiap hari
minggunya (persis pasar ular di Jakarta atau Cimol di Bandung, tapi dalam
versi lebih rapi dan beradab tentunya....)


CANBERRA
Kota kedua yang kami kunjungi adalah Canberra, yang jaraknya 1 jam dari
Melbourne dengan menggunakan pesawat. Kota ini merupakan ibukota negara
Australia, yang berpenduduk 320 ribu orang saja, dan bertambah menjadi dua
kali lipatnya di saat rapat kabinet atau majelis berlangsung. Kota ini
benar-benar seperti kota mati di malam hari. Canberra merupakan suatu kota
yang dibentuk pada tahun 1901, yang desainnya diciptakan dari sebuah
kompetisi desain tata kota. Diawali dengan perseteruan antara Melbourne dan
Sydney yang 'berebut' menjadi ibukota negara, maka diambil jalan tengah
untuk membuat suatu kota baru yang terletak tepat di antara 2 kota tersebut.

Di Canberra ini lebih banyak kegiatan kami adalah di area ANU, diantaranya
bertemu dengan Profesor jurusan Asian Politic, ANU Student Chaplain
(organisasi yang menjadi induk organisasi agama di universitas-universitas),
termasuk dengan para mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil kuliah S2
atau S3 di sana. Topik diskusi dengan mahasiswa Indonesia ini, rupanya tidak
jauh berbeda dengan topik teman-teman di YISC, yaitu tentang.... jodoh!

Hari terakhir di Canberra ini kami juga sempat diwawancara oleh koran lokal
Canberra Times, dengan judul artikel "Indonesia Muslim Visitors Spread
Peaceful Message" (atau semacam itu lah, saya juga lupa)

WOLLONGONG
Wollongong hanya berjarak 1 jam dari Sydney dengan menggunakan kereta api.
Kota ini hanya berpenduduk 250 ribu orang. Tetapi suasana kota yang diapit
oleh gunung dan pantai ini jauh lebih hidup dan hangat dari pada di
Canberra.

Agenda kunjungan di kota kecil ini sangat berbeda dengan di kota2 lainnya.
Kami tidak mengunjungi institusi apa pun, kecuali beramah-tamah dengan
walikota Wollongong. Sisanya kami gunakan untuk menikmati hotel tempat kami
menginap yaitu Novotel (wah, di Indonesia saja, saya belum pernah menginap
di hotel Novotel!), menikmati pantai, jalan-jalan ke pegunungan, dan
mengetahui kehidupan sebuah keluarga kulit putih Australia, bernama Robert
Goodfellow.

Robert adalah seorang Doktor di jurusan Asian Business di Universitas of
Wollongong, konsultan anti-narkotika di rumah sakit umum (yang mewahnya
melebihi RS Pondok Indah!), Business Development Manager di City Museum of
Wollongong, kontributor harian the Jakarta Post (heran, darimana punya
energi sebanyak itu!) , serta ayah dari 3 orang anak yang berbakat dan
seorang istri yang sangat cantik.

Sesuai dengan namanya (goodfellow = orang yang baik), Rob memang memiliki
kepribadian yang sangat menyenangkan. Dia selalu bersemangat untuk menjamu
tamu-tamunya dari Indonesia, termasuk menjadi 'bapak asuh' bagi para
mahasiswa di Wollongong. Di antaranya membantu mencari dana pendidikan,
memeriksa thesis mahasiswa terutama dalam hal grammar, sebelum
dipresentasikan. Tampaknya Rob memang memiliki ketertarikan yang besar
terhadap Indonesia, khususnya Yogyakarta. Dalam hidupnya, ia sudah
mengunjungi Indonesia selama 65 kali!

Rob pernah menghabisakan masa 1 tahun mengajar di IAIN Yogyakarta. Ia
memiliki bahasa Indonesia yang fasih. Bahkan ia dan keluarganya, selain
memiliki nama barat, juga memiliki nama Indonesia, ia memilih nama Sujoko
untuk dirinya (saya sempat bingung, ketika sampai di stasiun kereta api, ada
bule bicara bahasa Indonesia dan mengaku bernama Sujoko), Fatimah untuk
istrinya, dan Budiman serta Marhein (dari Marhaenisme, karena ia pengagum
bung Karno). Bahkan, ia memberi nama Petrus pada temannya Peter (yang
kemudian kami ganti namanya menjadi Petruk) dan Martono untuk temannya
Martin. Bersama Martin, Rob telah menerbitkan 8 buah buku tentang bisnis
yang beberapa diantaranya telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia.

SYDNEY
Kota pelabuhan dan perdagangan ini merupakan kota tujuan terakhir kami dalam
lawatan ke Australia. Kota terbesar dengan penduduk hampir 4,5 juta jiwa ini
(lagi2 bandingkan dengan Jakarta), merupakan kota paling semrawut di
Australia. Bagi kami, kota ini pun bukan kota yang ramah bagi wisatawan
seperti Melbourne, terutama bagi salah satu teman saya yang dijambret orang
dipinggir jalan, sehingga yang bersangkutan terpaksa menghabiskan waktunya
di Konsulat Indonesia untuk mengurus paspornya yang hilang.

Perjalanan di Australia menjadi anti-klimaks, program di Sydney yang memakan
waktu 6 hari 5 malam ini, terpaksa bubar sebagian, karena pemandu kami di
Sydney harus menemani teman saya mengurus pembuatan paspor. Untungnya (atau
ruginya?) saya terpaksa pulang lebih dulu pada tanggal 30 Mei, lebih dulu
dari teman2 saya yang pulang tanggal 3 Juni karena jatah cuti saya dari
kantor sudah habis. Jadi saya tidak mengalami hari-hari di Konsulat. Saya
hanya sempat menghabiskan waktu 1 malam di Sydney, dan melihat Sydney Opera
House dari balik kaca mobil, sebelum menuju international airport untuk
kembali ke Indonesia.

That's okay, I'll be back for Sydney ( I hope ;P).. BTW foto2 kegiatan bisa
dilihat di
http://f2.pg.photos.yahoo.com/ph/lilyardas/album?.dir=/b8f9
prodid=&.done=http%3a//f2.pg.photos.yahoo.com/lilyardas>
&.src=ph&store=&prodid=&.done=http%3a//f2.pg.photos.yahoo.com/lilyardas

ISLAM DI AUSTRALIA
(sumber Kedutaan Australia di Indonesia)

Sensus Australia terakhir pada 1996 memperlihatkan laju pertumbuhan, yang
mengesankan dari jumlah penduduk Muslim Australia sebesar 200,885 jiwa, atau
meningkat 161% dala waktu 15 tahun terakhir, dibandingkan jumlah penduduk
Australia secara keseluruhan hanya meningkat sebesar 21,7% dalam periode
yang sama. Beberapa perkiraan terakhir menunjukkan umat Islam Australia kini
berjumlah lebih dari 300,000 jiwa

Komunitas Muslim Australia berasal dari lebih kurang 60 negara, yang
terbesar adalah dari Lebanon dan Turki. Basis oraganisatoris komunitas
Muslim Australia meliputi lebih dari 100 kelompok yang mewakili kepentingan
warga Muslim pada tingkat local atau regional. Selain itu dewan-dewan Islam
yang mewakili komunitas Muslim yang lebih luas telah didirikan di semua
Negara Bagian dan Teritori Australia. Seluruh dewan tersebut bernaung di
bawah suatu badan nasional tertinggi, Australian Federation of Islamic
Councils (Federasi Dewan Islam di Australia)

Di Australia terdapat sepuluh sekolah dasar Isalam 11 gabungan sekolah dasar
dan menengah. Dewasa ini terdapat sekitar 100 mesjid di Australia, terutama
di New South Wales dan Victoria. Masjid pertama Australia dibangun di Marree
di bagian utara Australia Selatan pada tahun 1861. Masjid besar pertama
dibangun di Adelaide pada 1890 dan Broken Hill (New South Wales) pada tahun
1891.


Kaum Muslim sudah hadir di Australia sejak sebelum adanya pemukiman Eropa di
Australia. Diperkirakan nelayan dan pedagang dari Makaras telah mengunjungi
bagian utara Australia mulai abad 16, tetapi pupolasi semi permanen pertama
adalah penunggang kuda Afganishtan pada tahun 1800an

Cikal bakal populasi Muslim Australia sekarang ini datang setelah Perang
Dunia kedua, terutama dari orang Turki dari Siprus yang mencari penghidupan
baru di Australia. Laju pertumbuhan populasi Muslim kembali meningkat pada
1972, ketika kebijakan multi-kulturalisme dicanakan sebagai tema kebijakan
iimigrasi Autralia. Sebelumnya sebagian besar imigran Muslim berasal dari
Eropa. Muslim Lebanon dalam jumlah besar mulai bermikim di Australia pada
tahun 1970an

Bila Anak Diplomat Jadi Tukang Parkir

(dari artikel Koran Tempo)

Jika Anda melewati Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta
Pusat, mungkin Anda akan sedikit heran melihat sosok
seorang tukang parkir di depan Kedutaan Besar Bulgaria di
seberang kantor Komisi Pemilihan Umum. Remaja tampan
berkulit putih itu asli bule. Gayanya tak beda dengan
tukang parkir Melayu. "Terus, terus!" teriaknya dengan
bahasa Indonesia yang fasih seraya meniup peluit ketika
memandu sebuah sedan hijau yang hendak parkir. Yang lebih
menarik, tukang parkir ini adalah putra kedua Kuasa Usaha
Kedutaan Bulgaria di Indonesia. Joss Rosenov namanya.
Usianya baru 13 tahun. Jabatan orangtuanya maupun warna
kulitnya tak membuat Joss sungkan melakukan kerja sebagai
tukang parkir --satu hal yang patut ditiru anak
?xml:namespace prefix = st1 ns =
"urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" />Indonesia.
Sambil menunggu mobil yang keluar-masuk, ia mengelap
sejumlah mobil yang diparkir di depan kantor yang
sekaligus kediaman kedua orangtuanya sendiri.

Tak ada yang mencolok pada siswa kelas I SMP di Pakistan
Embassy School itu. Berkaus lengan pendek dan celana
panjang krem, kakinya beralas sandal jepit. Joss
mengaku sudah setahun menjadi tukang parkir. Sebelumnya,
dia pernah menjadi tukang ojek selama sebulan. Namun, dia
kesulitan mendapatkan penumpang. Tak ada yang mengajaknya
menjadi tukang parkir. "Saya lihat orang lain dulu,"
ujarnya seraya menunjuk tukang parkir di depan kantor
Komisi Pemilihan Umum. Joss berterus terang, ia menjadi
tukang parkir buat cari duit. Uang saku yang diperolehnya
tidak cukup. "Cuma tiga ribu (rupiah), kalau minta lagi
tak dikasih," katanya.



Joss ingat, mobil yang pertama kali diparkirnya setahun
yang lalu adalah Kijang. "Saya merasa senang," kata dia
seraya menambahkan, uang parkir yang diterima untuk
pertama kalinya sebesar seribu rupiah.
Pada awalnya, Joss tidak memberitahukan orangtuanya. Dia
baru bilang setelah dua hari menjadi tukang parkir. "Saya
bilang sama Ibu dan Bapak, saya mau cari uang jadi tukang
parkir," ujarnya. Orangtuanya tidak melarang. Joss juga
tak
menghadapi hambatan dari tukang parkir lain. Pada saat
liburan sekolah, kata dia, pekerjaan ini dilakoninya
setiap hari dari pagi sampai malam, kecuali Minggu. Namun
hari hari sekolah, pekerjaan itu dilakukannya sepulang
sekolah.


Selain menjadi tukang parkir, Joss juga jadi joki three in
one, setiap pagi dan sore hari. "Paginya saya jadi joki
sampai jam 08.00," katanya. Dia juga tidak malu pada
teman-teman sekolahnya. "Saya pernah ngajak teman saya
markir," katanya. Rata-rata penghasilan sebagai joki dan
tukang parkir sekitar Rp 60-70 ribu per hari. "Buat jajan,
mau beli ikan louhan dan burung," kata dia. Ketika ditanya
cita-citanya, Joss menjawab, "Saya ingin jadi sopir." Dia
juga ingin terus tinggal di Jakarta. "Di sini enak, bisa
cari duit sendiri."


Joss lalu kembali ke kursi di depan pos jaga kedutaan,
duduk menanti mobil-mobil yang hendak parkir.

============
(Faisal, Koran Tempo)

Merenda Hidup Yang Biasa (Catatan Seorang Pekerja Pabrik)

(dr artikel eramuslim.com)

Publikasi: 28/04/2004 14:27 WIB
eramuslim - Rona jingga menyemburat di setengah langit bagian timur.
Perlahan-lahan bola api merah bergerak naik, siap melaksanakan tugasnya. Aku
mengayuh pedal sepedaku pelan-pelan, membelah bulak tengah sawah. Dua puluh
kilometer akan kutempuh, menuju pabrik Batik Keris di Solo, tempat aku
mengais rejeki setiap hari.

Gelap malam meliputi. Dingin sentuhan angin sawah menggigilkan kulit. Aku
mengayuh sepedaku dengan kuat, berharap segera kucapai halaman rumah. Roda
sepedaku sudah hapal dengan lobang dan gundukan di jalanan beraspal rusak,
meski sesekali tetap terperosok atau terantuk.
Garang panas mentari menghujani. Masih tetap menyengat dan menyakitkan kulit
sawomatangku yang makin gosong karena tiap hari bermandi matahari. Kukayuh
pedalku kuat-kuat, untuk sejenak berteduh saat kudapat rimbun naungan
pepohonan di pinggir jalan.
Yah, demikianlah kulalui hari-hariku. Menembus gelap malam, dingin pagi
maupun terik di siang hari. Hari demi hari yang gamang. Entah ini sudah
tahun ke berapa. Enam, tujuh? Delapan? Atau sudah belasan? Aku tak pernah
menghitung lagi.

Dan dalam kehidupanku nyaris tak ada perubahan berarti. Antara pabrik dan
rumah. Itu saja. Senin dan Selasa, berangkat ke pabrik pagi-pagi sehabis
subuh. Pulang jam tiga sore. Istirahat sejenak, kemudian berbenah rumah.
Rabu-Kamis berangkat jam satu siang, pulang tengah malam. Pagi sebelumnya
kuisi dengan kegiatan memasak saaat simbok ke sawah, dan juga tidur sejenak.
Pulang ke rumah sudah dalam kondisi capek luar biasa.
Di pabrik kami harus bekerja dengan posisi berdiri, nyaris tidak pernah
duduk. Jum'at-Sabtu berangkat jam sepuluh malam pulang jam enam pagi.
Langsung tidur sampai menejelang dzuhur. Begitu terus.

Semuanya sudah menjadi ritme yang terprogram. Sejujurnya aku bosan dengan
kehidupanku yang demikian. Bahkan kadang kebosanan itu demikian memuncak.
Tapi apa yang dapat kulakukan? Aku hanyalah seorang gadis lulusan SMEA
kampung di selatan kota Solo, tetapi bekerja di pabrik dengan menggunakan
ijazah SMP karena pabrik tidak membutuhkan buruh penjaga mesin pemintal
benang berijazah setingkat SMU. Selain juga karena perusahaan tak suka
membayar gaji dengan UMR lebih tinggi.
Tapi sungguh aku tak tahu apa yang mesti kulakukan untuk mengatasi kebosanan
itu. Maka menonton televisi, berkunjung ke rumah saudara, bermain dan
ngobrol dengan para ponakan adalah selingan yang kadang juga sama
membosankannya. Sesekali aku jalan-jalan ke pertokoan di Coyudan atau ke
pasar Klewer, Beteng, Pasar Gede atau Pasar Kartosuro jika punya uang.

Aku bekerja di pabrik karena tidak ada pilihan pekerjaan lain sementara aku
harus menbiayai hidupku dan Simbokku. Karena meskipun Simbok memiliki
sepetak sawah peninggalan Bapak, namun penghasilannya tak memadai, bahkan
kadang rugi jika ada serangan wereng atau tikus. Mbakyu-mbakyuku tidak dapat
diharapkan karena mereka memiliki keluarga dan kehidupan mereka juga
seadanya.
Kalau bukan karena Simbok, aku ingin pergi jauh atau ditelan bumi saja
sekalian. Tapi kemana aku mesti pergi? Sejak kecil aku tak pernah tinggal
jauh dari tanah kelahiran dan dari keluargaku. Lagipula aku akan bekerja
apa? Sedang pengalaman yang kupunya hanyalah bekerja sekian tahun di pabrik
konveksi dengan tugas yang sama. Tak pernah berubah.

Hingga suatu hari, dalam semburat jingga mentari baru, aku menghentikan
sepedaku di sebuah masjid pinggir jalan. Masjid ini setiap hari kulalui
dalam perjalanan pulang pergiku ke pabrik. Hanya saja selama ini aku tak
pernah tertarik untuk mampir. Hanya saja selama ini tubuh penatku tak pernah
memberi kesempatan aku tertarik untuk menghadiri pengajian subuh seperti
yang diselenggarakan pagi ini.
Tapi kali ini aku tak lagi memedulikan lelah dan kantuk yang mendera setelah
bekerja shift malam. Aku hanya ingin mendapat sesuatu yang berbeda. Sesuatu
yang kuharapkan dapat meringankan beban jiwaku. Sesuatu yang akan menyirami
perasaanku yang nyaris mati. Sesuatu yang akan membuat hidupku lebih
berarti. Meski hanya arti bagi diriku sendiri. Kamu mau doakan aku kan?

Azimah Rahayu (@az, ba'da subuh 28april2004)


Cerita telah di-edit tanpa mengurangi makna.

wassalam,
-bt-

ETOS KERJA DALAM SEPINCUK NASI PECEL

Sumber: KOMPAS - Jumat, 16 Agustus 2002

Tanyakanlah ini kepada Mak Paenah yang tiap hari
berjualan pecel di depan Gedung DPRD Sumatera Utara
(Sumut) di Medan. Dalam usianya yang menurut
pengakuannya-86 tahun, Mak Paenah masih setia
mendorong-dorong kereta pecelnya demi mengumpulkan
rupiah selembar demi selembar dari Rp 1.500 per pincuk
(piring dari daun pisang) pecel jualannya itu.

Gerobaknya cukup berat dengan dua roda becak yang
sering kempis anginnya. Sebuah topi bambu lebar
menemani tubuh ringkihnya menempuh jarak sekitar lima
kilometer dari rumah cucunya di kawasan Glugur ke
Gedung DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol melewati
jalanan aspal yang terik dan ramai.

Pernah suatu hari Mak Paenah tidak kunjung muncul pada
jam makan siang, dan baru datang berjualan saat
matahari sudah sangat condong ke barat. "Aku
diserempet mobil. Iki lho awakku babak bundas (lihat
tubuhku babak belur)," katanya dalam ujaran yang
selalu tercampur dengan bahasa Jawa kasar.

Setiap hari, biasanya sekitar pukul 11.00, ia sudah
tiba menggelar dagangannya. Dan, beberapa jam
kemudian, ia pulang lagi dengan kereta dorongnya yang
sudah kosong dan segepok uang di dalam tas pinggang
yang terbuat dari kain batik lusuh.

Soal berapa banyak uang dalam tas pinggangnya itu, Mak
Paenah sering tidak tahu. Ia memang tidak peduli dapat
uang berapa hari itu. Bahkan, sering ada beberapa
lembar ribuan tercecer di bawah kakinya, yang lalu
diambilkan orang lain. Yang ia tahu pasti, ia tidaklah
pernah rugi.

"Bathi kuwi ora usah okeh-okeh. Serakah jenenge...
(kalau untung itu jangan besar-besar. Serakah
namanya...)," katanya pelan. Tidak serakah ini pula
yang membuat Mak Paenah cenderung royal dalam memberi
nasi pecel saat dagangannya hampir habis. Kata orang,
kalau beli di Mak Paenah, sebaiknya menjelang ia mau
pulang. Pasti dapat pecel lebih banyak.

Dengan keyakinan pasti tidak rugi itu pula, sering Mak
Paenah membelikan rokok untuk orang lain yang tampak
memerlukannya. Andi Lubis, fotografer harian Analisa,
Medan, yang perokok berat, beberapa kali diberi rokok
oleh Mak Paenah kalau tampak sedang bengong dan tidak
merokok. "Nyoh rokok. Kowe lagi ra duwe duwit tho?
(Ini rokok. Kamu
Sedang tidak punya uang kan?)" kata Mak Paenah tanpa
basa-basi.

Bagi Mak Paenah, apa salahnya menyisihkan uang untuk
menyenangkan orang lain. Tidak jarang ia memberikan
pecelnya secara gratis kalau ada yang lapar, tapi tak
punya uang.

JADI, untuk apa Mak Paenah berjualan pecel dalam
usianya yang sudah sangat senja itu? Di kota-kota
besar, orang-orang yang jauh lebih muda darinya sudah
santai-santai di rumah menikmati uang pensiun bersama
cucu-cucu.

"Aku bekerja karena memang manusia itu harus bekerja.
Aku sakit kalau nganggur. Menganggur adalah bersahabat
dengan setan. Kerja selalu ada kalau kita mau
mencarinya. Jangan mau menganggur, sampai kita mati,"
katanya seakan ahli filsafat.

Banyak yang meragukan apakah benar Mak Paenah benar
telah berusia 86 tahun. Tapi, mendengar beberapa
cerita yang sering diungkapkannya sambil meracik
pecel, apalagi mengamati wajahnya yang selalu teduh
itu, kita yakin bahwa setidaknya ia sudah berusia di
atas 80 tahun.

Ia pernah bercerita bagaimana suaminya yang tentara
terbunuh dalam perang kemerdekaan, sementara saat itu
anak sulungnya kira-kira berusia belasan tahun. Begitu
suaminya meninggal, rasa tanggung jawab untuk
menghidupi ketiga anaknya memaksa Mak Paenah yang
lahir dan besar di Blitar, Jawa Timur, ini berjualan
pecel. Baginya, tidak ada cerita untuk meminta belas
kasihan dari orang lain.

"Aku hanya bisa bikin pecel. Jadi, aku mencari makan
dengan pecel ini. Sudah puluhan tahun tanganku bikin
sambel pecel. Sampai kapalan mengulek... he-he-he...,"
kata Mak Paenah sambil memamerkan mulutnya yang sudah
ompong.

Mengapa tidak menikah lagi setelah menjanda waktu itu
?
"Sopo sing gelem karo rondo bakul
pecel...lethek...he-he-he... (siapa yang mau dengan
janda penjual pecel yang lusuh dan bau)," katanya
terkekeh.

Tapi, setelah anak-anaknya bisa mandiri, untuk apa
uangnya ?
"Keuntungan penjualan, tiap hari saya simpan di bawah
bantal. Uang itu saya pakai untuk menolong orang kalau
ada yang membutuhkannya. Siapa tahu, kan?" katanya
dengan arif.

Mak Paenah menceritakan, ia pernah menolong
tetangganya yang mendadak membutuhkan uang.
Tetangganya itu tidak menyangka ketika tiba-tiba Mak
Paenah yang hanya berjualan pecel itu mampu
meminjaminya uang dalam jumlah cukup besar, tanpa
bunga pula.

Setiap pagi, Mak Paenah mengambil Rp 150.000 dari
simpanannya untuk berbelanja di Pasar Glugur. Pukul
04.00, ia sudah bangun dan pada pukul 06.00 ia sudah
mulai memasak bumbu-bumbu pecel dan juga sayurannya.
"Bangun pagi membuat saya sehat. Tiap hari berbelanja
dan menawar juga membuat saya tidak pikun," paparnya.

Dalam usianya itu, Mak Paenah sering membuat kagum
orang dengan kemampuannya menghitung dengan cepat.
"Meja ini habis sembilan pincuk. Jadi, tiga belas ribu
limaratus," katanya suatu kali saat menagih kepada
para wartawan yang makan.

PADA bulan Juni dan Juli 2002 , para wartawan Medan
yang biasa mangkal di depan Gedung DPRD kehilangan Mak
Paenah. Dua bulan lebih wanita tua itu menghilang.
Banyak yang kuatir kalau-kalau Mak Paenah sakit, atau
bahkan sudah meninggal dunia. Dan, Mak Paenah baru
muncul lagi pada akhir Juli. Ternyata, Mak Paenah
pulang ke Blitar menengok sanak saudaranya. Menurut
dia, semua yang dikenalnya sudah meninggal.

"Uangku habis Rp 3,5 juta untuk beli oleh-oleh. Tapi,
aku senang bisa melihat Blitar lagi. Sudah sangat
berubah. Aku sama sekali tidak bisa mengenali tempat
mana pun di sana," katanya dengan mata berbinar-binar
saat membicarakan kota yang ditinggalkannya pada awal
tahun 1940-an ini.

Ketika diingatkan bahwa para wartawan kuatir dengan
kepergiannya selama dua bulan itu, Mak Paenah justru
marah. "Kamu yang muda-muda kok tidak punya perasaan.
Kan, semua tahu di mana rumahku. Kalau kuatir, ya mbok
menengok ke rumah. Coba, bagaimana kalau saya sakit
betulan? Ya, kan? " kata Mak Paenah.

Namun, sejak awal Agustus ini, Mak Paenah menghilang
kembali. Setelah ditengok ke rumahnya, ternyata ia
tidak kurang suatu apa. "Aku pindah tempat jualan. Aku
ngalah pada yang muda yang lebih perlu uang,'' katanya
yang kemudian menimbulkan tanda tanya.

Ternyata, Mak Paenah kini memilih berjualan di
Lapangan Merdeka. Menurut dia, di depan Gedung DPRD
itu sudah muncul seorang saingan. Seorang penjual
pecel yang masih muda dilihatnya selalu berusaha
menyainginya dalam merebut hati pembeli.

"Aku tidak ingin bersaing. Rezeki sudah ada yang
mengatur. Biarlah aku yang sudah tua ini pindah,"
katanya tanpa emosi.



SENDRATARI RAMAYANA

Tulisan AMGD di milis YISC Al-Azhar

Di Taman Argasoka Shinta tak henti-hentinya mencucurkan air mata menghadapi bujuk rayu serta keganasan Rahwana yang tak tertahankan dimana setiap setiap raja raksasa itu mendekatinya, Ia menghindar dengan rasa muak.

Karena Shinta terus menerus menolaknya, Rahwana memanggil 2 raksasa yang menjinjing 2 kepala manusia adalah tiruan dari kepala Rama dan Laksmana. Melihat hal itu Shinta menjadi pingsan. Tetapi Trijata mengetahui tipu muslihat ini dan mengatakan kepada Rahwana bahwa Ia pengecut kecuali bila Ia benar-benar mampu membawa kepala Rama dan Laksmana yang asli. Rahwana menjadi berang dan dengan perasaan malu Ia segera maju ke medan perang. Medan peperangan bagaikan arena pembantaian dimana mayat-mayat saling bertindihan. Ketika Rahwana mendapatkan seluruh saudaranya tewas ia menjadi nekat. Segera ia berhadapan dengan Rama.

Dua seteru yang sama-sama tangguh ini dianugerahi kekuatan gaib serta senjata ampuh yang menakjubkan. tetapi panah Rama mengahiri hidup Rahwana yang penuh angkara murka. Karena demikianlah kebaikan selalu mengalahkan kejahatan. Wibisana, adik Rahwana yang diusir karena tak setuju dengan tindakan kakaknya, dinobatkan sebagai Raja Alengka. Diiringi Trijata, Shinta keluar menemui Rama. Tatkala Rama melihat Shinta ia menjadi ragu akan kesucian istrinya karena telah begitu lama berada dalam tawanan Rahwana. Trijata membela Shinta dan marah terhadap Rama karena meragukan kesucian dan kesetiaan istrinya.

Sebaliknya Shinta yang sangat terbuka hatinya karena keraguan dan penolakan Rama, hendaknya membuktikan kesucian dirinya. Ia minta agar sebuah api unggun raksasa dibuat untuknya dimana ia akan terjun kedalamnya. Bila ia tetap hidup, hal itu membuktikan kesuciannya, sebaliknya bila ia telah ternoda, maka api kan menghanguskannya. Trijata memohon dengan sangat kepada Rama agar membatalkan niat itu, tapi tak berhasil. Sementara Rama memanjatkan do'a nya, Shinta terjun kedalam nyala api, dan ajaib ia sedikitpun tak terluka dalam kobaran api tersebut.

Untuk meyakinkan semuanya tentang tindakan pensucian itu, Brama Sang Dewa Api sendiri turun lalu menyerahkan Shinta kepada Rama. Demikianlah mereka bersatu kembali dalam kebahagiaan untuk selama-lamanya.

Sekelumit cerita diatas adalah sebuah cerita percintaan antara Rama dan Shinta yang sangat heroik. Hal ini tentunya sering kita dengar dari cerita-cerita pewayangan maupun dari perbincangan sehari-hari. Apalagi dikalangan anak muda yang senang akan romantika cinta, niscaya akan mencari tahu tentang kisah ini. Malam itu udara sangat cerah dan bulan bersinar terang, di pelataran Candi Prambanan suasana sangat meriah sekali. Penari-penari dengan dandanan warna-warni ada yang menyerupai Rahwana, Hanoman, Rama, Shinta dan lakon-lakon lain sedang menari-nari sambil memperlihatkan gerakan-gerakan tari yang sangat indah. Sorotan lampu yang berwarna-warni dengan latar belakang Candi Prambanan menambah aura pertunjukan pentas Sendratari Ramayana tersebut seakan-akan benar adanya. Duduk di tribun yang terbuat dari semen dan batu beratapkan langit diterpa oleh udara malam yang cukup sejuk membuat terlena menonton pertunjukan tersebut. Tempat duduk yang berkapasitas kurang lebih 300 orang tersebut tampak terisi tiga perempatnya oleh para penonton. Separo dari penonton tersebut adalah turis mancanegara. "Biasanya bulan-bulan Juni, Juli dan Agustus ini pertunjukan Sendratari Ramayana tempat duduknya terisi penuh, tapi nggak tahu kenapa sekarang terlihat sepi," kata Pak Willy Humas pertunjukan ini.

Pertunjukan sendratari ini biasanya dimulai pada jam 19.00 - an yang dilangsungkan di area terbuka pelataran Candi Prambanan, namun begitu disiapkan juga lokasi indoor sebagai cadangan kalu hujan turun. Lakon yang dijalankan biasanya terdiri dari empat seri yaitu : Hilangnya Dewi Shinta, Hanuman Sang Duta, Gugurnya Sang Patriot Kumbokarno dan Api Suci Dewi Shinta. Keempat lakon tersebut berdurasi kurang lebih 2,5 jam. Selain gerakan-gerakan tari yang merangkap gerakan-gerakan beladiri, bunyi gending jawa dan alat tetabuhan lainnya juga ikut menyemarakkan suasana. Karena bagusnya tarian tersebut, tiap berganti lakon, tepuk tangan meriah dari para hadirin tampak membahana. Sendratari ini juga sudah mendunia, sehingga dari mulai Perdana Menteri dan Presiden dari berbagai negara, pemusik dan bangsawan-bangsawan negara lain pernah menghadiri pertunjukan ini. Tak kurang dari Kaisar Akihito pun pernah hadir juga. Untuk bulan-bulan Juni, Juli dan Agustus biasanya pertunjukan diadakan 3 kali yaitu Selasa malam, kamis malam dan Sabtu malam. Untuk tiket masuk pertunjukan ini , VIP dikenakan charge sebesar Rp 100,000 untuk kelas biasa dikenakan charge Rp 75,000. Namun untuk pertunjukan Sendratari Ramayana yang indah dan megah rasanya pas kalau kita membayar dengan harga tersebut.

Ternyata kekayaan budaya bangsa kita begitu banyak dan indah yang salah satunya adalah Sendratari Ramayana. Sebagai warga negara kita harus turut melestarikan budaya tersebut, dengan menghadiri pertunjukan tersebut berarti roda kehidupan penyelenggaraan tarian tersebut tetap terjaga. Dengan menyebarkan informasi ini kepada rekan-rekan lain didalam maupun luar negeri akan sangat membantu, disamping penghidupan penari, pendapatan daerah juga devisa bagi negara. Jogjakarta kota yang selalu menampilkan kerarifan budaya lokal.

AMGD

BERPETUALANG KE G.HALIMUN

(tulisan AMGD di milis YISC Al-Azhar)

Suara angin yang mendesir pelan ditengah hutan belantara, suara-suara
burung berkicau bersahut-sahutan memberikan nuansa tersendiri dalam jiwa
kita. Kebun teh yang menghijau disepanjang bukit yang tersusun rapi
nampak dari kejauhan bagaikan punggung bukit yang sedang tersenyum.

Tak salah rasanya jika kita namakan tanah sunda dengan bumi sejuta
pesona. Salah satu pesona itu terletak di perbatasan antara wilayah
Bogor dan Sukabumi. Ekowisata Gunung Halimun adalah sebuah lokasi wisata
yang merupakan perpaduan antara wisata, berpetualang, refreshing bahkan
sampai dengan uji andrenalin atau uji keberanian. Gunung Halimun yang
lokasinya berdampingan dengan Gunung Salak selalu memancarkan aroma
keindahan tersendiri dengan segala keindahan alamnya.

Nama Halimun adalah sebuah nama yang cukup kental ditelinga kita, bahkan
kalau kita ingat kurang lebih pada medio 90-an pernah dibuat suatu
sinetron yang berjudul "HALIMUN" dengan bintangnya Tio Pakusodewo dan
Paramitha Rusady sebagai pemeran utama. Nuansa yang ditonjolkan dalam
sinetron tersebut adalah perkebunan teh dengan panorama yang indah
dibarengi dengan kisah romantis diantara dua sejoli yang sedang
kasmaran. Terlepas dari sinetron tersebut, ternyata Halimun yang di ada
si Sukabumi juga mempunyai kebun teh yang sangat indah. Apakah sinetron
tersebut dibuat dikawasan tersebut atau tidak ? entahlah, yang jelas
kita akan mencoba berpetualang ke Gunung Halimun yang berada di kawasan
Sukabumi.

Ekowisata Halimun sebetulnya tidak terlalu jauh dari Jakarta, namun
perjalanan yang mesti ditempuh cukup melelahkan. Keluar tol Ciawi kita
langsung mengambil jalur ke arah Sukabumi kemudian terus mengikuti jalur
yang ada. kemudian kita akan melewati beberapa kemacetan dijalan raya
Sukabumi ini, yang sudah menjadi kebiasaan. Bahkan katanya salah satu
faktor yang menghambat para investor untuk berinvestasi di wilayah ini
karena salah faktor utamanya adalah kemacetan - hampir menyamai kota
Bogor yang mendapat julukan dengan kota sejuta angkot. Pos-pos kemacetan
itu antara lain Pasar Cicurug, Javana Spa dan Pasar Parung Kuda. Setelah
melewati Pasar Parung Kuda kita akan melihat pos polisi disebelah kanan
jalan ( dari arah Jakarta ) dengan petunjuk tanda anak panah dengan
tulisan menuju Gunung Salak. Kita ikuti jalan tersebut untuk selanjutnya
menuju ke Kabandungan yaitu pos pemeriksaan terakhir sebelum memasuki
kawasan Taman Nasioanl Gunung Halimun. Perjalanan dari Pasar Parung Kuda
sampai dengan Kabandungan kurang lebih dapat ditempuh dalam waktu 1,5
jam. Lumayan jauh, namun perjalanan ini tidak membosankan bahkan menjadi
asyik ketika kita melewati jurang-jurang dan tebing-tebing dengan
pemandangan kanan kiri nan hijau dengan diselingi kebun teh - kebun teh
yang rapi. Jalan-jalan yang kita lalui pun beraspal hotmix dan lumayan
halus, hingga kita bisa berlenggang dan menikmati alam sekitar tanpa
pusing untuk menghindari jalan-jalan yang rusak.

Sesampainya di Kabandungan kita bisa beristirahat sejenak, sekedar
melepas penat, sholat dan lain-lain. Fotokopi KTP biasanya adalah data
yang diminta oleh petugas untuk mendata jumlah orang yang akan
berkunjung ke G.Halimun. Disini juga kita bisa melakukan pemesanan dan
pembayaran terhadap pemakaian Villa di tengah hutan Halimun ( Cikaniki
). Untuk pemakaian villa biasanya kita harus reservasi terlebih dahulu,
agar dapat kamar. karena menurut petugas semenjak dimasukkan Kompas
beberapa waktu, yang lalu tiap hari Jum'at, Sabtu dan Minggu biasanya
villa sudah ada yang mengisi bahkan sampai 1 bulan mendatang kamar yang
ada di Cikaniki sudah di booking semua. Setelah dirasa cukup kita bisa
melanjutkan perjalanan ke Cikaniki dengan jarak tempuh sekitar 20 km
namun dengan kondisi jalan yang berbeda dari Sukabumi ke Kabandungan.
Jalur Kabandungan - Cikaniki merupakan jalan yang betul-betul off road
karena jalannya berbatu-berbatu dan turun naik. Bisa dipastikan kalau
mobil jenis sedan tidak akan bisa melalui jalur ini, mobil kijang dan
sejenisnya atau land rover baru bisa melewatinya.

Kilometer awal jalur Kabandungan - Cikaniki selain berbatu-batu kadang
menikung, menanjak dan menurun, di kanan kiri banyak terlihat
sawah-sawah dan beberapa rumah penduduk yang jumlahnya tidak terlalu
banyak. Beberapa kilometer akan terlihat areal tanaman Cabe, kentang,
tomat dan juga beberapa hektar sawah. Kurang lebih memasuki km 12
barulah kita akan memasuki kawasan hutan tropis yang cukup lebat.
Jalanan yang hanya cukup untuk 1 mobil, kadang-kadang diapit oleh jurang
yang dalam, membuat kita harus berhati-hati dalam mengendarai mobil.
Kalau beruntung kita akan bertemu hewan khas taman nasional ini
diantaranya owa, monyet, trenggiling dll. Kurang lebih 2 jam ber off
road dijalur ini kita akan sampai di villa Cikaniki, yaitu villa
peristirahatan yang terbagus yang ada di hutan ini. Masih ada beberapa
tempat lain sekitar itu, yaitu di Citalahap namun dengan fasilitas apa
adanya.

Villa Cikaniki adalah sebuah villa yang terbuat dari kayu-kayu dengan
fasilitas yang lumayan bagus untuk ukuran villa yang berada ditengah
hutan belantara. Ruangan kamar yang bersih, tempat memasak yang
dilengkapi dengan kompor gas, kamar mandi, ruang makan, ruang santai dan
paviliun yang bagus untuk berkongkow-kongkow. Petualangan akan segera
dimulai setelah kita bersantai sejenak di Villa. Canopy Trail adalah
tempat terdekat yang bisa dijangkau dari Cikaniki yang hanya membutuhkan
waktu kurang lebih 15 menit. Canopy trail adalah sebuah jembatan gantung
yang terbuat dari bahan fiber yang melintas antar pohon-pohon dengan
ketinggian 20 - 30 meters dan panjang +/- 100 - 150 meters. Canopy trail
ini bertujuan untuk meneliti jenis-jenis serangga yang ada di hutan
tersebut, dan memang dibuka untuk umum dengan jumlah yang disesuaikan.
Diatas canopy tersebut kita bisa melihat pemandangan sekitar dengan
berbagai jenis pepohonannya dan sunga-sungai kecil yang mengalir
dibawahnya. Memasuki canopy trail setiap orang dikenakan iuran
pemeliharaan sebesar Rp.10,000,- yang digunakan sebagai biaya kebersihan
dan operasional kawasan tersebut. Menyeberangi canopy trail mempunyai
keasyikan tersendiri, selain berasyik ria diatas jembatan, bagi yang
takut ketinggian tempat ini bisa menjadi ajang untuk uji nyali, karena
ketika melintas canopy tersebut bergoyang-goyang serasa mau runtuh ke
bawah.

Cukup puas dengan canopy trail, kita bisa melanjutkan perjalanan ke
Curug Macan, yaitu sebuah curug yang tidak terlalu besar namun
memancurkar air yang sangat bersih dan bening. Dinamakan Curug Macan
karena tempat ini kadangkala dipakai sebagai tempat mampir oleh
macan-macan yang berada di wilayah tersebut. Berbagai jenis macan masih
banyak terdapat di kawasan ini, hal ini dibuktikan oleh kamera-kamera
tersembunyi yang dipasang didaerah tertentu untuk mengetahui keberadaan
mereka. Diantaranya ada jenis macan tutul, panther, macan hitam dan
serigala. Namun kita tidak perlu takut dengan macan-macan tersebut,
karena kita akan selalu didampingi oleh petugas kehutanan ketika
mengelilingi hutan tersebut, dan macan-macan tersebut sangat kecil
kemungkinannya melintas jalur yang sering dilalui oleh manusia.

Malam hari kita bisa menghabiskan waktu di pavilliun villa sambil minum
kopi juga menjadikan sebuah pengalaman yang eksotis. Ditengah hutan yang
lebat kita bisa ngobrol dengan suasana seperti dikota, karena ada
saluran tv yang bisa diakses ( ada parabola ), listrik ( dengan
generator ) namun disisi lain kita mendengarkan lolongan anjing hutan
dan suara-suara hewan malam. Bagaikan perpaduan antara masa lalu dan
masa kini - betul-betul nuansa yang tidak bisa kita temui kecuali kita
berada dilokasi itu. Pagi hari kita bisa melanjutkan petualangan ke
lokasi perkebunan teh Nirmala dengan luas ratusan hektar yang membentang
antar bukit dipegunungan halimun yang terletak disisi luar Taman
Nasional Gunung Halimun. Pemandangan kebun teh betul-betul sangat indah,
lebih indah dari perkebunan teh di Puncak dan Pengalengan. Pegunungan
teh tersebut menghiasi punggung-punggung bukit yang menghijau dan
turun-naik . Sambil memandangi kebun teh tersebut dihadapan kita nampak
puncak G.Salak dan langit biru yang membentang luas nan bersih. Sebuah
pemandangan alam yang membuat kita berpikir tentang keagungan Tuhan, dan
akan terpikir dalam hati kita seperti di alam lain karena keindahan
tersebut. Jangan lupa juga berkunjung ke pengolahan teh Nirmala,
sekaligus kita bisa membeli teh tersebut dengan harga Rp 5,000,- per
bungkus dengan kulaitas teh grade I.

Perjalanan kita teruskan ke Curug Piit setelah melintasi kebun teh
tersebut, yaitu sebuah curug dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Untuk mencapai curug tersebut kita bisa sewa truk yang biasa mengangkut
teh dan harus berjalan kaki lagi untuk mencapai curug tersebut. bantuan
tali juga diperlukan karena tingkat kemiringan hampir 60 derajat ketika
menuruni tebing. Bagi yang suka berkemah juga tersedia Citalahap Camping
Ground yang memang disetting untuk berkemah. Namun untuk lokasi
perkemahan ini, fasilitas yang tersedia masih sangat minim, MCK yang
masih belum layak dan rumput-rumput pun tumbuh sangat tinggi. Hal ini
mengindikasikan kalau tempat tersebut tak pernah dirawat dengan baik.
Tapi yang suka berpetualang silakan dicoba.

Perjalanan ke Halimun memang perjalanan yang sangat luar biasa, selain
keindahan alam, kita juga bisa menikmati habitat flora dan fauna yang
memang dijaga keasliannya. Karena selain memang hal ini sebagai kekayaan
alam yang kita miliki, hal lain yang sangat penting adalah keseimbangan
ekosistem yang ada, seperti dikatakan Pak Momo, salah satu
petugas,"bahwa keaslian hutan ini akan menjadi pengatur air untuk
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu dipersilahkan masyarakat untuk
menikmati keindahan Halimun, namun kita sebagai masyarakat harus ikut
menjaga keasliannya.

Halimun sebuah pemandangan yang eksotis nan romantis yang dapat
memberikan inspirasi-inspirasi baru dalam hidup kita.

Akhmad Masun
Marketing & Sales Export
PT INTIBOGA SEJAHTERA
Jl.Jembatan Tiga Blok F&G
Jakarta 14440
Telp.: 62-21-6603601 / 6691522
Fax : 62-21-6697065 / 6695060
Mobile : 62-8161652465
Email : export-jkt@bimoli.com
Website : www.bimoli.com / www.intiboga.com