Senyam-Senyum Negeri Pelangi - (1 dari 2)
(e-mail dari Joel di Johannesburg)
Rekan-rekan sekalian, berikut ini saya ada sedikit sharing
pengetahuan dan pengalaman tentang negeri Afrika Selatan. Sumber
informasi yang saya dapatkan beragam, mulai dari buku, website,
brosur dan leaflet dari badan pariwisata Afsel yang didapat dari
kedutaan Afsel di Jakarta, dan tentu saja hasil bincang-bincang,
pengalaman serta pengamatan langsung di sini.
Yang akan disampaikan di sini, terutama adalah fakta-fakta yang
cukup menggelitik. Dan mungkin di dalamnya akan terselip opini-opini
pribadi, mungkin benar dan tidak tertutup kemungkinan untuk salah.
Kalau ada rasa penasaran, ragu-ragu atau mau tahu infonya lebih
lanjut, kalau mau saya bisa bantu untuk cari referensinya. Atau
dipersilakan untuk cross check ke sumber-sumber lain, kali saja bisa
bantu saya untuk lebih mengaktualkan dan memfaktualkan tulisan-
tulisan di bawah. Siapa tahu nanti ada penerbit buku yang berminat
untuk menaik-cetakkan.
Sebetulnya cukup banyak yang bisa disampaikan, namun tetap saja ada
keterbatasan, yaitu mood, waktu yang tersedia dan juga kelincahan
menulis. Mudah-mudahan untuk berikutnya ada lagi waktu tersedia
untuk menulis, dan mudah-mudahan tulisannya bisa disajikan secara
serial.
Oke, selamat membaca, dan jangan lupa untuk tersenyum :-)
joel@johannesburg
April 13, 2004 09h36
Negeri Pelangi Bukan Negeri Dongeng
Ada alasan mengapa Afrika Selatan disebut negara yang paling menarik
keberagamannya. Di negeri inilah tinggal berbagai bangsa dengan
beragam budaya, bahasa dan juga agama.
Mayoritas penduduk adalah penduduk asli yang berkulit hitam (77%),
sisanya adalah penduduk dari bangsa-bangsa lain, baik yang telah
turun-temurun tinggal di sini ataupun para imigran yang baru atau
telah lama pindah dari negara asalnya. Mereka antara lain adalah
orang Kaukasian berkulit putih (10%), Asia (3%), Melayu dan campuran
(9%) dan juga penduduk dari bangsa-bangsa lain yang jumlahnya lebih
minoritas.
Uniknya, dari dua penduduk mayoritas, mereka pun ada breakdown-nya
lagi. Penduduk asli kulit hitam di Afsel terbagi menjadi beberapa
bagian besar suku, di antaranya : Sotho, Nguni, Shangaan-Tsonga dan
Venda. Penduduk kulit putih juga terbagi lagi atas asal bangsa yang
berbeda, empat yang terbesar adalah Inggris, Belanda, Jerman dan
Prancis, selain dari negara-negara Eropa lain.
Nah, bisa dibayangkan kan bagaimana "pelangi"-nya negara Afrika
Selatan. Tak heran jika seorang Desmond Tutu -peraih nobel
perdamaian asal negeri itu- menjulukinya sebagai "The Rainbow
Nation".
Bebas Beragama
Jumlah penduduk di Afsel ada kurang lebih 45 juta jiwa. Mereka
paling tidak memeluk satu dari semua ideologi yang ada di dunia,
mulai dari yang monotheisme hingga penganut agama-agama tradisional.
Bisa ditebak, mayoritas penduduk di sini pasti menganut agama
Kristen (75.5%). Lucunya, yang terbesar kedua justru mereka yang
tidak beragama (11.7%). Selebihnya adalah Islam (1.4%), Hindu
(1.4%), Yahudi (0.2%) dan agama-agama lain.
Banyaknya Bahasa Resmi
Bahasa resmi, kebanyakan negara hanya memiliki satu. Beberapa negara
mungkin punya dua atau tiga. Lalu berapa bahasa resmi di Afsel?
Jangan kaget, bahasa resmi di sini "cuma" ada sebelas. Sembilan di
antaranya adalah bahasa yang berasal dari penduduk asli, sedangkan
sisanya adalah bahasa Inggris dan bahasa Afrikaans-nya para
Afrikaaner.
Afrikaaner Yang Tidak Hitam
Jangan terkecoh, Afrikaaner bukanlah penduduk asli yang hitam.
Sebaliknya, Afrikaaner adalah julukan untuk penduduk Afsel kulit
putih keturunan Belanda, Jerman dan Perancis. Mereka memiliki bahasa
sendiri yang disebut Afrikaans, sebuah bahasa yang lebih mirip
Bahasa Belanda. Selain itu, seperti halnya rata-rata penduduk di
sini, mereka juga mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.
Bollywood di TV
Afsel memang bukan India, tapi tetap saja film-film bollywood bisa
dinikmati di sini. Bahkan ada segmen acara sendiri di TV yang
menampilkan top chart lagu-lagu India. Wajar, di sini komunitas
India memang cukup banyak. Bisa dikatakan di Afsel lah komunitas
orang India terbanyak di luar negeri India sendiri.
Ada Kampung Melayu di Afsel
Ternyata makanan khas Indonesia bisa ditemukan juga di sini. Gado-
gado atau sate bisa disantap di kota Cape Town, di suatu distrik
yang disebut Bo-Kaap. Di distrik ini tinggal komunitas melayu yang
berjumlah tak kurang dari 200 ribu orang. Mereka asal-usulnya dulu
adalah orang-orang Jawa yang dibawa oleh VOC pimpinan Jan van
Riebeeck untuk diperkerjakan sebagai buruh. Belum diinvestigasi
lebih lanjut, apakah di sana juga ada terminal bis kampung melayu
seperti halnya di Jakarta.
Seorang Pahlawan Nasional Indonesia Wafat
Abad 17, jaman penjajahan Belanda dulu, ada seorang ulama pejuang
asal Makasar yang awalnya dibuang ke Srilangka. Di Srilangka, beliau
masih kukuh berdakwah, berjuang dan juga aktif menulis (beberapa
karyanya masih beredar hingga sekarang di Indonesia). Karena
kekukuhannya itu, akhirnya Syekh Yusuf diasingkan ke Tanjung Harapan
(Cape of Good Hope), Afsel. Di tempat pembuangan terakhir inilah
beliau wafat di usia 73 tahun. Tahun 1995 lalu, Syekh Yusuf Al-
Makassari oleh pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai pahlawan
nasional.
Berikutnya.
Tiga Ibukota
Johannesburg Yang Jahat
Benoni, Kampung Halamannya Charlize Theron
Penderita AIDS lebih banyak
dll
0 Comments:
Post a Comment
<< Home