BloG ini berisi kumpulan tulisan menarik dari berbagai milis dan juga tulisan2 saya di beberapa milis. Topik yg menarik minat saya tentang manusia, kebudayaan, teknologi, management, marketing dan keagamaan...krn banyak posting menarik dari milis yg sayang kalau tidak di dokumentasi. Semoga ada gunanya... :P Silahkan dikomentari dan dikritisi jika ada hal-hal yg tidak sesuai dengan opini anda. Just feel free to write....OK...? :)

Tuesday, June 22, 2004

SISI LAIN UJUNG GENTENG

(tulisan AMGD di milis yisc al-azhar)

Pagi itu langit terlihat cerah, perahu-perahu nelayan nampak berlabuh ke tepi pantai setelah semalam suntuk mencari ikan dilaut. Geliat kehidupan dan antusiasme untuk menapaki hari esok ditunjukkan oleh para nelayan itu. Lautan luas selalu memberikan inspirasi dan sumber penghidupan bagi masyarakat Ujung Genteng untuk menyambung kehidupan dan memperbaiki masa depan.

Potret kehidupan masyarakat Ujung Genteng merupakan gambaran kehidupan nelayan kita yang rata-rata masih hidup pas-pasan dan jauh dari kemajuan materi dan intellektual. Namun sesungguhnya kalau kita cermati nelayan adalah orang yang sangat kita butuhkan karena hasil tangkapan ikannya. Ikan laut adalah salah satu makanan yang berkadar protein cukup tinggi dan tentunya gurih rasanya jika dimasak dan dibumbui. Tangkapan ikan nelayan Ujung Genteng tersebut biasanya dijual kepada tengkulak yang berusaha membeli semurah mungkin dari nelayan dan dijual kepada masyarakat setinggi mungkin. Pada akhirnya para nelayan sendirilah yang dirugikan karena mereka hanya mendapat sisa-sisa dari budaya kapitalisme.

Ujung Genteng sebetulnya sebuah lokasi yang penuh potensi, karena disamping lautan luas yang siap mensupply ikan, juga persawahan dengan tanah yang cukup subur. Sehingga daerah ini selain dikenal sebagai kampung nelayan juga sebagai daerah hasil pertanian yang cukup penting. Tapi selama ini orang cenderung mengidentikkan Ujung Genteng dengan wisata pantai yang masih asri dan sangat layak untuk dikunjungi. Tiap minggu daerah ini sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam negeri dan luar negeri. Khusus untuk wisatawan asing biasanya niatan untuk datang ketempat ini adalah melihat penyu yang sedang bertelur. Selain memang kalau ada peralatan yang memadai kita bisa melakukan surfing atau diving untuk melihat karang-karang laut dan ikan hias.

Untuk menempuh daerah ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan angkutan umum atau dengan kendaraan pribadi. Kalau naik angkutan umum dari arah Jakarta anda tinggal naik bis jurusan Bogor. Sesampainya di Bogor bisa mencari angkutan lagi yaitu bis jurusan Bogor-Surade. Lama perjalanan ini berkisar antara 2-3 jam tergantung pada banyak sedikitnya bis itu berhenti untuk mencari penumpang. Dari Surade anda bisa meneruskan perjalanan dengan naik elf jurusan Ujung Genteng dengan lama perjalanan kurang lebih satu jam. Kalau naik kendaraan pribadi anda tinggal menuju arah Sukabumi, sebelum memasuki kota Sukabumi ada pertigaan yang lurus menuju kota dan anda tinggal belok kanan arah menuju Pelabuhan Ratu. Kurang lebih 3 kilo menjelang Pelabuhan Ratu anda belok kiri menuju kearah Jampang Kulon. Selanjutnya anda tinggal mengikuti petunujuk disetiap pertigaan dan perempatan untuk menuju Ujung Genteng.

Perjalanan ke Ujung Genteng adalah sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan, karena hampir setiap jalan menampilkan warna keindahan sendiri-sendiri. Selepas Sukabumi menuju Pelabuhan Ratu anda akan menemui jalan yang berbelok tajam, turun naik dan kanan kiri adalah hutan dengan hawa yang sejuk. Dibeberapa tempat terlihat orang banyak berjualan sawo, pisang dan jambu bol, anda bisa mampir untuk membeli buah-buah tersebut sebagai bekal perjalanan dijalan. Setelah melewati jalur ini kemudian memasuki wilayah Jampang Kulon, kita akan melewati jalan diatas tebing dengan kanan kiri jurang yang sangat dalam dan tampak dari kejauhan gunung yang hijau memantulkan nafas keindahan. Di beberapa ruas jalan bahkan terlihat disebelah kanan kita laut selatan yang biru yang bersebelahan dengan areal persawahan dengan padi yang sedang tumbuh subur. Kita bisa berhenti sejenak untuk sekedar menikmati keindahan ini dan juga berfoto-foto ria untuk ikut menikmati pemandangan yang ada. Areal Perkebunan Teh Surangga juga kita lewati, dengan hawa pegunungan yang sejuk dan pohon teh yang tersusun rapi juga menggoda kita untuk berhenti, menikmati dan berfoto di areal ini. Baru kemudian kita akan memasuki wilayah Ujung Genteng yang bercuaca agak panas karena dekat dengan pantai. Seluruh jalan yang kita lewati pada dasarnya bagus, namun memang ada beberapa ruas dengan kondisi jalan yang bolong-bolong adalah wajar adanya. Disarankan untuk kenyamanan perjalanan ini memang jangan memakai kendaraan sejenis sedan, namun bawalah mobil sejenis Kijang, Panther atau lebih bagus lagi four wheel drive.

Fasilitas penginapan juga tersedia disini, diantaranya adalah penginapan Mamas, Pondok Hexa, Pondok Adi dan lain-lain. Karena terbatasnya penginapan yang ada sebaiknya anda melakukan booking sebelumnya agar tidak kehabisan tempat menginap. Kebetulan kami semua menginap di Pondok Adi, sebuah pondok sederhana namun cukup lumayan sebagai penginapan di wilayah tersebut. Pondok Adi ini terdiri dari beberapa rumah panggung dengan dua kamar tidur dimana tiap pondok dilengkapi dengan satu kamar mandi. Pondok tersebut memberikan tarif untuk 24 jam adalah sebesar Rp.350,000,-. Dengan lokasi berhadapan langsung dengan pantai asyik sekali kita sambil duduk, ngobrol-ngobrol memandang lautan luas dengan ombak yang tampak putih dan bergulung-gulung. Untuk makan pihak pengelola akan menyediakan tukang masak, namun bahan-bahan yang akan kita masak kita harus bawa sendiri. Karena jauh dari pusat perkotaan didaerah ini tidak banyak tersedia orang yang berjualan bumbu-bumbu atau sayuran. Namun ada beberapa warung kecil disekitar pondokan yang menjual kecap, saus, pop mie dan lain -lain tentunya dengan harga lebih mahal.

Sore hari kita bisa menikmati sunset dibekas dermaga yang dulu dibangun oleh Jepang sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal perang. Namun dermaga tersebut sebagian besar hancur karena diterjang oleh ganasnya ombak laut selatan. Menikmati sunset ditempat ini luar biasa indah, karena langit dan lautan terbuka dan angin kencang menambah indah dan romantisnya suasana. Siang harinya juga kita bisa menuju kawasan hutan lindung yang berlokasi tak jauh dari Pantai sebagai alternatif tempat berwisata sambil menikmati hutan bakau yang tidak terlalu lebat. Malam hari kita akan menuju Pantai Pangumbahan untuk melihat penyu yang akan dan sedang bertelur. Untuk mencapai lokasi ini lumayan jauh dari lokasi penginapan kurang lebih sekitar 4 km. Dalam kondisi cuaca yang cerah untuk mencapai lokasi ini bisa dengan membawa mobil sejenis kijang, namun dalam kondisi hujan kita harus memakai motor karena kalau membawa mobil resiko selip sangat besar. Ternyata ditengah hutan pantai tersebut ada beberapa rumah yang memang dibangun oleh pemerintah sebagai pos untuk melindungi penyu-penyu yang ada diwilayah tersebut. Penyu naik kedarat untuk bertelur adalah pada waktu malam hari, karena penyu itu biasanya sensitif dengan sinar. Ketika kami sampai disana segera mengisi formulir, karena kami membawa mobil sendiri, sehingga masing-masing mobil dikenakan biaya Rp 20,000 sebagai biaya kesejahteraan para penjaga penyu. Setengah jam kemudian pengintipan penyu dimulai, kami semua diminta oleh para penjaga jangan ribut, menghidupkan rokok dan lampu blitz. Tak lama setelah kami berdiam diri penjaga memberitahukan kalau sudah ada penyu, langsung saja kami lari semua menuju penyu tersebut. Bayangan kami penyu itu hanya sebesar piring atau mangkuk, ternyata penyu itu sangat besar sekali. Panjang penyu itu kurang lebih 70 cm dan beratnya bisa mencapai 100 kg. Sekali bertelur bisa mencapai 100 - 200 ekor, telur tersebut sebagian juga dijual dengan harga 2500 - 3000 per butir. Setiap telur itu diamankan oleh petugas, namun beberapa memang ada yang dijual sebagai kompensasi yang diberikan oleh pihak berwewenang atas penjagaan wilayah tersebut. dari jumlah 100 telur tersebut yang menetas kurang lebih 50 % nya, tapi yang tumbuh dewasa dan berpotensi untuk berkembang biak hanya sekitar 5%. Kenapa ? karena ketika masih kecil , penyu-penyu tersebut rawan dimakan pemangsa lainnya dan kena jala para nelayan.

Sebuah pengalaman pertama melihat penyu berukuran raksasa, hewan yang dilindungi dari kepunahan. Untuk menjaga hewan ini tentunya tidak hanya pemerintah, namun kita semua harus ikut melindungi bahkan berperan aktif didalamnya sebagai upaya untuk menjaga salah satu kekayaan bangsa kita. Perlu diingat bahwa wisata ke Ujung Genteng adalah lebih condong kearah wisata ecotourism, dengan keindahan obyek wisata, tapi minim infrastructure. Ujung Genteng adalah sisi lain dari nuansa kehidupan, sisi lain sebuah tempat wisata yang layak untuk dikunjungi untuk berakhir pekan, menambah pengetahuan serta mencari inspirasi kehidupan.

Akhmad Masun

1 Comments:

Blogger Twinda Rarasati said...

untuk perjalanan ke ujung genteng apa bisa menggunakan bus? atau paling enggak mini bus lah? apa aman meningat banyaknya lubang di ruas jalan. Terimakasih

April 21, 2009 at 9:01 PM

 

Post a Comment

<< Home