TLKM VS ISAT on CDMA War

He..he.. keliatannya TLKM mulai mengeluarkan jurus2 pamungkas utk menghadapi ISAT yg akan me-launching produk CDMA-nya pekan2 mendatang.

Siap2 aja liat iklan TV yg di-bombardir produk-nya ISAT seperti waktu ESIA dan mobile-8 baru launching kemaren.

To be honest...spt-nya kehebatan teknologi CDMA yg diatas kertas lebih unggul dibanding GSM belum bisa menggeser GSM sebagai market leader produk teknologi yg semakin lama akan semakin murah, dengan perkembangan fase 2.5G dgn GPRS-nya menuju fase 3G dengan EDGE yg semakin menarik dengan fitur handset yg beragam dan content provider yg semakin banyak yg tidak lagi menjual basic service voice sbg andalannya, tetapi justru mengambil margin keuntungan yg lebih besar dr value added service spt SMS premium, download ringtones, MMS, dll yg sebenarnya hanyalah sebuah complementary service yg ternyata memberikan nilai jual yg menjadi semakin kompetitif dengan profit margin yg menggiurkan dibandingkan dengan basic service yg profit margin-nya semakin tipis saja.

Peta pertarungan operator CDMA sendiri ternyata belum terlalu seru krn Flexi sementara masih leading dengan menawarkan basic service voice dengan dukungan layanan akses data dan content yg mulai dikembangkan, sementara esia hanya puas dengan iklan besar2an dan penjualan serta layanan yg konon mengecewakan. Sementara mobile-8 dengan teknologi EVDO-nya menawarkan value added service dan content yg lebih menarik dibandingkan flexi dengan segmentasi market mengarah pada kaum muda perkotaan yg gaul dan techno freaks juga mulai terengah2 dengan penjualannya krn utk bisa merasakan teknologi EVDO-nya dibutuhkan handset kelas high-end yg masih sangat mahal dibandingkan dengan handset GSM yg sudah serba canggih dan murah.

Sayangnya operator GSM jg tidak tinggal diam, ISAT yg sukses mengedukasi customer dengan GPRS gratisannya lewat IM3 hrs legowo ketika ARPU-nya langsung anjlok ketika menerapkan tarif GPRS Rp. 20/kb kepada customer yg kebanyakan adalah customer loyal operator lama yg cm coba2 dengan GRPS gratisan.

TSEL langsung meluncurkan GPRS utk kartu halo dan simpati yg menerapkan tarif yg bikin nangis cm buat download e-mail saja ketika sudah banyak customer yg ter-edukasi dengan GPRS IM3 , langsung dilanjutkan dengan EDGE yg memang ditujukan pada customer loyal dengan daya beli yg lebih kuat.
Sementara bisnis retail kartu perdana dan voucher dengan nilai nominal lebih kecil digeber habis2an. Program halo bebas langsung disambut oleh ISAT dengan program 9 pilihan yg sebenarnya bikin customer tambah bingung. Sementara Matrix secara diam2 memberlakukan tarif GPRS flat 25rb untuk penggunaan unlimited...sangat menarik utk techno freaks yg selalu up-date dengan teknologi dan trend teknologi dunia yg sudah seperti mode pakaian saja.

Trend global dunia yg mulai merasuki jakarta dan mungkin kota2 besar lainnya dengan kehadiran kedai2 kopi franchise dunia dengan segmen menengah keatas, juga membuat trend browsing di kedai kopi dengan PDA dan laptop dengan fasilitas internet wireless/WiFi membuat bbrp operator bekerjasama dengan ISP meluncurkan layanan hotspot di kedai2 kopi tsb, & tidak ketinggalan TLKM sebagai pemain lama bisnis telko sudah menguji coba layanan hotspot di lobi gedung divre 2 jkt.
Bukan tidak mungkin sama seperti layaknya GSM dan KFC sekarang, sudah tidak aneh lg jk suatu saat hotspot sudah sampai tingkat kelurahan dan kita bisa browsing dengan PDA di warteg :)

Trend teknologi wireless (WiFi/Centrino) dan bluetooth yg sudah diadopsi oleh banyak vendor dengan meluncurkan PDA Phone berbasis GSM, ataupun Smartphone GSM semakin menunjukkan konvergensi IT dengan teknologi telekomunikasi yg semakin sulit untuk dipisahkan.
Para penyedia content jg berlomba2 utk meng-create content yg punya nilai jual tinggi....bahkan tanpa disadari teknologi TV polling dengan SMS yg semakin marak sejak pemilu dan acara2 spt AFI, indonesian idol, dll....merupakan ladang basah bg para operator ataupun stasiun TV yg mendapatkan dana masyarakat dengan mudah melalui SMS premium, selain dr iklan.

Sayangnya karakteristik pembeli di Indonesia yg selalu mengikuti trend dan mode dunia tidak didukung dengan tersedianya perangkat tersebut di bisnis CDMA, yg meskipun berusaha diadopsi oleh mobile-8 dengan dukungan bbrp vendor, misalnya dengan layanan video streaming titik2 rawan kemacetan, yg memang sehari2 macet tanpa perlu liat live video streaming, yg tentunya tidak gratis dan wothless utk orang jakarta yg memang sehari2 kena macet.

Flexi yg menawarkan akses internet lewat telkomnet@instan dengan menggunakan pesawat dengan kabel data, sama sekali tidak menarik dan kurang modis kalau dipakai hang out di kafe atau kedai2 kopi yg sedang trend untuk anak muda atau tecno freak yg memang punya daya beli luar biasa irrasional. Untuk digunakan sebagai telpon biasa -pun flexi suka menunjukkan keanehan2 yg luar biasa utk orang yg terbiasa ber-hand phone ria....sehingga kadang2 sering diplesetkan menjadi Telkom Pleki :P
Di kota2 besar spt jakarta sendiri Flexi biasanya adalah second handset yg biasa dibawa utk mengirit pulsa GSM yg handsetnya berubah jadi terminal pager :)

Untuk entry level kaum urban yg sedikit mobile dan susah mendapatkan layanan PSB untuk PSTN, Flexi memang lebih menarik dibandingkan ratelindo yg sudah menjelma menjadi esia. Tp lagi2 kecenderungan mengikuti trend bg orang melayu yg sudah terbiasa gonta-ganti pesawat GSM spy selalu trendi tidak bisa tergantikan begitu saja oleh handset CDMA yg masih banyak mengadopsi non-RUIM yg harus di-inject dengan single band yg susah untuk dijual lg klo lagi butuh duit katanya :)

Bagaimana cerita selanjutnya...? kita tunggu saja babak baru pertarungan ISAT dan TLKM yg semakin seru :)

wassalam,

-bt-
yg lagi belajar nulis :P