BloG ini berisi kumpulan tulisan menarik dari berbagai milis dan juga tulisan2 saya di beberapa milis. Topik yg menarik minat saya tentang manusia, kebudayaan, teknologi, management, marketing dan keagamaan...krn banyak posting menarik dari milis yg sayang kalau tidak di dokumentasi. Semoga ada gunanya... :P Silahkan dikomentari dan dikritisi jika ada hal-hal yg tidak sesuai dengan opini anda. Just feel free to write....OK...? :)

Thursday, August 12, 2004

H Abdul Karim Amrullah : Penyeru 'Revolusi Jiwa'

(kiriman imel Heru W di milis yisc al-azhar)

Penulis : yus (dari dialog jumat Republika)

Nama ulama terkemuka Buya Hamka tentu tidak asing lagi. Sumbangihnya
sangatlah besar di bidang pendidikan keagamaan dan dakwah Islamiyah. Akan
tetapi, bila menyebut nama Abdul Karim Amrullah, sangat sedikit yang
mengenalnya. Padahal dia tidak lain adalah ayahanda dari Buya Hamka.

Seperti halnya sang putra, H Abdul Karim Amrullah juga merupakan ulama besar
pada awal abad 20. Berasal dari Minangkabau, selama hidupnya beliau telah
mencurahkan segala perhatiannya guna mengembangkan dakwah agama di tanah
kelahirannya.

Masa kecilnya dihabiskan di kampung halamannya yang terletak di desa Kepala
Kabun, Nagari Sungai Batang, Maninjau, Agam. Ayahnya bernama Syekh Muhammad
Amrullah adapun ibunya bernama Tarwasa. Abdul Karim yang di masa kecilnya
diberi nama Muhammad Rasul, mendapatkan pelajaran agamanya yang pertama di
desa Sibalantai, Tarusan, Painan.

Selama lebih kurang satu tahun, dia belajar Alquran di sana. Pada usia 13
tahun, kembali ke kampung halamannya untuk belajar nahwu dan saraf bersama
ayahnya sendiri. Adapun pelajaran selanjutnya dia peroleh di Sungairotan,
Pariaman, pada Tuanku Sutan Muhammad Yusuf selama dua tahun.

Tahun 1894 tepatnya ketika berusia 15 tahun, ia dikirim ayahnya untuk
belajar ilmu agama Islam ke sumbernya langsung di Makkah. Dan di tanah suci,
pelajaran agama itu didapatnya dari seorang ulama asal Minangkabau pula
bernama Syekh Ahmad Khatib Minangkabau yang waktu itu menjadi guru dan imam
Masjidil Haram. Tujuh tahun lamanya ia menimba ilmu.

Bersamaan waktunya terdapat pula beberapa putra-putra Minangkabau yang
menuntut ilmu di Makkah dan menjadi teman seperguruan. Tercatat diantaranya
Muhammad Jamil Jambek serta Taher Jalalludin. Di samping itu, Abdul Karim
Amrullah juga pernah berguru pada sejumlah ulama terkenal antara lain Syekh
Abdullah Jamidin, Syekh Usman Serawak, Syekh Umar Bajened, Syekh Saleh
Bafadal, dan banyak lagi.

Usai menyelesaikan masa belajarnya, pada tahun 1901 ia ke tanah air.
Pengaruh gurunya, Syekh Ahmad Khatib, membuatnya menjadi seorang yang
revolusioner terhadap adat Minangkabau dan kepada tarekat-tarekat di
Sumatera Barat, khususnya tarekat Naksyabandiyah.

Disebutkan dalam buku Ensiklopedi Islam, bahwa Syekh Ahmad Khatib selama di
Makkah, sesuai dengan beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya, sudah
menulis sejumlah buku yang mengungkapkan kekeliruan tarekat tersebut. Selama
di Makkah, Muhammad Rasul telah menerima pendirian dan sikap gurunya itu
dengan baik.

Di tahun-tahun awal kedatangannya, Muhammad Rasul kemudian mencoba
meluruskan praktek tarekat yang menurutnya tidak ada dasarnya dalam Islam.
Upayanya ini tidaklah mudah. Selain karena ulama yang sepaham dengannya
tidaklah banyak, juga dia harus menghadapi ulama-ulama yang tak lain adalah
pengikut ayahnya sendiri, seorang syekh dari tarekat Naksyabandiyah.

Pertentangan paham antara ayah dan anak pun tak terelakan. Kendati demikian,
Muhammad Rasul yang saat itu sudah mendapat gelar Tuanku Syekh Nan Mudo,
tetap berusaha menjaga hubungan baik dan berbakti kepada sang ayah.
Sebaliknya, timbul rasa bangga pada ayahnya ketika mengetahui keteguhan
pendirian anaknya hingga menjadi seorang yang pemberani.

Beberapa tahun kemudian, Muhammad Rasul kembali ke Makkah untuk menimba ilmu
lebih dalam lagi. Akan tetapi, niatnya ini kurang disepakati oleh gurunya,
Syekh Ahmad Khatib, lantaran menilai dia justru sudah layak menjadi guru.
Anjuran tersebut dipatuhinya hingga akhirnya membuka ruang pendidikan di
rumahnya di Syamiah, Makkah. Di antara muridnya adalah Ibrahim bin Musa
Parabek dan Muhammad Zain Simabur.

Muridnya makin lama makin bertambah banyak. Untuk itu, dia disarankan untuk
mengajar di Masjidilharam mengambil tempat di Bab al-Ibrahim. Namun,
kegiatan mengajarnya di Masjidilharam ini tidak disukai oleh syeh-syekh Arab
waktu itu. Jadilah kemudian dia mengajar di rumah keponakan Syekh Ahmad
Khatib.

Tak lama dia tertimpa musibah. Istrinya meninggal dunia setelah melahirkan
anak keduanya, yang juga meninggal. Sampai selanjutnya usai berhaji tahun
1906, ia pulang ke kampung halaman dan menikahi adik istrinya. Dari istri
keduanya itu, Muhammad Rasul memperoleh seorang putra yang diberi nama Abdul
Malik. Dikemudian hari, anaknya itu akan dikenal orang sebagai ulama besar
yakni Prof Dr Hamka.

Perjuangannya untuk meluruskan ajaran tarekat Naksyabandiyah semakin gencar.
Dia kian bersemangat menjalankan ide-ide gurunya. Pertentangan dengan para
penganut tarekat Naksyabandiyah mencapai puncaknya yang ditandai oleh
istilah pertentangan antara 'kaum tua' dan 'kaum muda' (umumnya adalah
murid-murid Syekh Ahmad Khatib). Saat itu, Muhammad Rasul telah berganti
nama menjadi H Abdul Karim Amrullah.

Sekitar tahun 1925, Abdul Karim mengadakan perjalanan ke Jawa dan sempat
bertemu dengan HOS Tjokroaminoto dan KH Ahmad Dahlan. Mereka lantas saling
bertukar pikiran satu sama lain. Dari situ, dia menangkap kesan yang
dibawanya ke Sumatera Barat bahwa Islam perlu diperjuangkan dengan sebuah
organisasi yang baik. Hingga pada akhirnya dia mengubah perkumpulannya
'Sendi Aman' menjadi cabang Muhammadiyah di Sungaibatang, kampung halamannya
sendiri.

Kiprahnya untuk mengembangkan agama Islam di Sumatera Barat sangatlah
bernilai. H Abdul Karim banyak mengajar di berbagai tempat, menyiarkan
Muhammadiyah di Minangkabau. Selain itu, dia juga peka terhadap penderitaan
rakyat kecil dan kerap meluangkan waktu untuk menulis buku.

Sesuai prinsip yang diajarkan oleh gurunya, dirinya meyakini bahwa
perjuangan di jalan Allah tidak akan pernah berakhir selama hayat masih di
kandung badan. Syiar Islam harus dikumandangkan di kalangan manapun dan di
berbagi tempat. Berkat semangatnya itu, H Abdul Karim disegani oleh
rekan-rekannya sesama ulama.

Meski begitu, perjuangannya tadi tidak berkenan di hari para petinggi
kolonial Belanda. Dia beberapa kali diasingkan. Pada 12 Januari 1941
misalnya, pernah mendekam di penjara Bukitinggi. Agustus 1941, diasingkan ke
Sukabumi. Pemerintah Belanda khawatir dengan pengaruh yang dimiliki H Abdul
Karim lantaran dalam berbagai kesempatan, dia selalu melontarkan kecaman
terhadap hukum dan peraturan Belanda.

Pun pada saat tentara Jepang menduduki Indonesia, dia dengan tegas menolak
keharusan membungkukkan badan ke arah timur laut untuk menghormati Tenno
Haika. Menurutnya, bagi pemeluk Islam, tidak ada yang bisa disembah selain
Allah SWT.

Tokoh ulama kharismatik ini di akhir hayatnya memilih tinggal di Jawa. Ia
seringkali mengadakan pengajian-pengajian di Jakarta dan Sukabumi.
Pengunjungnya selalu ramai. Pada tanggal 2 Juni 1945, Allah memanggilnya dan
dimakamkan di Pemakaman Umum Karet Jakarta.




Dunia Terasa Sempit di Nelspruit

-imel joel dr johannesburg-

Dunia memang sempit. Di acara Ijtimaa, acara gathering-nya kaum muslimin
Afrika Selatan yang diadakan di Nelspruit, bertemu tidak hanya orang-orang
baru dan pelajar-pelajar Melayu dari beberapa negeri jiran. Juga bertemu
dengan orang yang sudah lama kenal sebelumnya.

---

Akhir pekan yang panjang, 7-9 Agustus 2004, dimanfaatkan oleh kaum muslimin
Afsel untuk berkumpul bersama di kota Nelspruit. Sayapun tak mau
ketinggalan, tidak juga Noor Fahmay dan seorang putranya, Yushri.

Kota Nelspruit yang berjarak kurang lebih 300 km dari Johannesburg, dengan
mobil dapat mobil ditempuh lebih kurang empat jam. Perjalanan setelah
keluar dari Johannesburg cukup membosankan, di kanan kiri kebanyakan
ditemani hamparan tanah-tanah kering dan pohon-pohon yang minus daun. Hanya
sedikit pohon yang diwarnai hijaunya daun-daun.

Satu jam terakhir menuju Nelspruit, suasananya menjadi lain. Kami dihibur
oleh pemandangan yang begitu mengagumkan. Pesona bukit-bukit dan pegunungan
yang lebih hijau di sepanjang perjalanan, seakan menyihir kami, hingga tidak
terasa kamipun telah memasuki kota Nelspruit, ibukota propinsi Mpumalanga.

Hanya beberapa menit memasuki kota Nelspruit, kamipun tiba di lokasi
Ijtimaa. Di sana telah berdiri beberapa tenda-tenda berukuran raksasa. Di
tenda-tenda besar itulah kami dan para jamaah lain meletakkan semua
bawaan-bawaannya seperti tas, bantal, selimut, sleeping bag dan perlengkapan
lain. Di tenda pulalah nantinya kami tidur selama dua malam.

Ketika kami tiba, telah banyak jamaah yang datang. Mereka kebanyakan berasal
dari berbagai kota di Afsel dan beberapa datang dari mancanegara. Saya
sendiri bertemu dengan beberapa orang Afsel bertampang Jawa yang datang dari
kota Cape Town dan Port Elizabeth. Ada juga yang saya temui, empat orang
bertampang Melayu yang datang dari Singapura.

Ijtimaa ini adalah acara umat Islam Afsel yang diadakan rutin setahun
sekali. Walau acara ini diorganisasi oleh Jamaah Tabligh (JT), para jamaah
yang datang tidak bedakan apakah ia anggota JT atau bukan. Juga tidak
dibedakan apakah ia keturunan India, Pakistan, Bangladesh, Melayu ataupun
orang Afrika yang hitam. Kita semua berbaur sebagai umat Islam yang satu.

Dilihat dari jenis acara yang diadakan, tidak ada yang istimewa di Ijtimaa.
Acaranya hanya bayaan (ceramah), ta'lim dan tentu saja shalat dan makan
berjamaah. Sisa waktunya digunakan untuk bertegur sapa, bercengkerama,
bersilaturahmi dengan saudara-saudara muslim yang ditemui. Khusus untuk
anak-anak seperti Yushri, tentu mereka punya acara sendiri, main bola.

Acara bayaan diadakan setelah shalat wajib. Bayaan ini terutama disampaikan
dalam Bahasa Inggris. Tercatat, ada dua kali bayaan yang disampaikan dalam
bahasa lain, satu dalam Bahasa Arab, dan satu lagi dalam Bahasa Urdu
(Pakistan). Namun di dua bayaan tadi, penceramah utama yang ada di mimbar,
ditemani satu penceramah lagi yang bertugas menerjemahkannya ke dalam Bahasa
Inggris.

Ada satu hal yang sangat menarik, ketika bayaan ada beberapa pojok bahasa
yang disediakan buat jemaah yang tidak bisa bahasa Inggris atau bahasa
pengantar lain dalam bayaan. Di pojok-pojok itu, ada seorang yang bertindak
sebagai penceramah, namun hanya menerjemahkan bayaan yang disampaikan oleh
penceramah di mimbar ke dalam satu bahasa tertentu. Terlihat ada pojok untuk
bahasa Sotho, Swazi, Malawi, Mozambiq, Bangladesh, Arab, Perancis dan juga
Portugis.

Di Ijtimaa, dunia jadi terasa sempit. Saya bertemu dengan dua orang yang
sudah pernah kenal sebelumnya, yaitu Yakoeb yang warga negara Afsel dan
Aslam, seorang pelajar asal Indonesia yang nyantri di Johannesburg.

Saya pertama kali bertemu Yakoeb pada bulan Mei 2004, waktu itu dalam
perjalanan pulang pertama kali dari Johannesburg mau ke Jakarta. Kami
bertemu di pesawat, kebetulan duduknya bersebelahan. Waktu itu Yakoeb dalam
perjalanan menuju Bali untuk tujuan wisata bersama istrinya, sedangkan saya
tentu saja pulang ke kampung Jakarta untuk selama seminggu. Setelah
seminggu, tanpa direncanakan, kami bertemu lagi di bandara ketika sama-sama
dalam perjalanan menuju Johannesburg. Ketika berpisah di Johannesburg kami
bertukar nomer telepon, namun masing-masing tidak pernah kontak. Tapi kini
lagi-lagi tanpa janjian, kami bertemu kembali di Ijtimaa.

Aslam ceritanya lain lagi. Aslam yang santri Darul Ulum Syekh Zakariyya
Johanneburg ini, dulu satu kampus dengan saya, hanya saja berbeda fakultas.
Ketika masih kuliah bertemunya jarang, dan setelah luluspun tidak pernah
kontak. Dan kita sama-sama tidak pernah menyangka akan bertemu kembali di
tempat yang sangat jauh.

Selain Aslam, ada dua pelajar Indonesia lain yang saya temui, masing-masing
dari Medan dan Jambi. Ada bertemu juga belasan pelajar dari negara-negara
tetangga di Asia Tenggara, satu dari Kamboja, dua dari Singapura, tiga dari
Thailand dan selebihnya dari Malaysia. Mereka ini terhimpun dalam suatu
paguyuban pelajar atau santri Melayu yang nyanri di Darul Ulum, semacam
pesantren yang santrinya banyak berasal dari mancanegara.

Ahad malam, masih di waktu Ijtimaa, Aslam dkk mengundang saya dan Noor untuk
hadir di acara pertemuan mereka. Menariknya, dalam pertemuan itu "lingua
franca"-nya adalah Bahasa Melayu. Ternyata Bahasa Melayu yang menjadi lingua
franca perdagangan di Asia Tenggara beberapa abad yang lalu, masih ampuh
dipakai hingga sekarang untuk komunikasi walau masing-masing punya gaya dan
aksen yang berbeda.

Menarik sekali, pertemuan malam itu jadi pertemuan orang-orang rumpun
Melayu, namun dengan sejarah yang berbeda-beda. Saya sendiri orang keturuan
Jawa yang besar di Jakarta. Aslam orang Palembang yang pernah kuliah di
Jakarta. Ada lagi Abdul Wahid yang orang Jambi dan pernah merantau di
Pakistan. Al-Mahdy yang orang Medan. Selebihnya punya sejarah masing-masing
di negerinya sendiri. Hanya Noor yang punya sejarah jauh berbeda, ia orang
keturunan Jawa yang tidak lagi mengerti bahasa leluhurnya.

Wireless Fidelity Versus CDMA 2000

Bisnis Indonesia, 10 Agustus 2004

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat membuat konvergensi antara teknologi telekomunikasi dengan Internet menjadi tak terelakkan lagi. Munculnya teknologi Wireless Fidelity (WiFi) yang begitu fenomenal memberikan harapan baru untuk melakukan komunikasi data nirkabel berkecepatan tinggi.

Namun, berbagai kelemahan WiFi membuat teknologi ini seakan tersekat hanya untuk melayani area di sekitar titik akses (hotspot) saja. Standar WIMAX yang diharapkan dapat mengeliminasi berbagai kelemahan WiFi ternyata masih butuh waktu lama untuk mencapai tahap komersialisasi. Untunglah teknologi CDMA2000 kemudian hadir dengan berbagai kelebihan dan kemampuan koneksi data setara WiFi.

Peluang bisnis komunikasi data nirkabel tampaknya sangat cerah. Menurut prediksi Qualcomm, demand komunikasi data nirkabel pada 2006 akan melampaui 200 megabytes tiap pengguna tiap bulan, berdasarkan asumsi makin meningkatnya kecepatan data nirkabel, perbaikan perangkat nirkabel, aplikasi, dan akses.

Perkiraan tersebut bisa saja meleset tapi pertumbuhan bisnis data dan internet dari tahun ke tahun cenderung makin meningkat. Salah satu acuan yang bisa diambil adalah pendapatan usaha PT Telkom dari data dan Internet.

Pada 2001 Telkom memperoleh pendapatan dari data dan Internet sebesar Rp 673 miliar, setahun kemudian meningkat menjadi Rp1,5 triliun, dan melonjak menjadi Rp3,1 triliun di akhir 2003. Sungguh fantastis.

Pendapatan data dan Internet ini berada di urutan ke empat setelah telepon tetap, telepon bergerak, dan interkoneksi. Bukan tidak mungkin, pendapatan data dan internet akan menyalip interkoneksi atau bahkan telepon tetap beberapa tahun mendatang.

Broadband nirkabel

Ada beberapa pilihan teknologi nirkabel berkecepatan tinggi yang bisa dikembangkan operator. Namun, ada dua teknologi nirkabel yang begitu fenomenal kehadirannya, yaitu WiFi dan CDMA 2000. Pertumbuhan WiFi yang begitu pesat tak lepas dari pandangan bahwa WiFi mampu melewatkan data broadband yang melebihi kecepatan teknologi generasi ketiga (3G) dalam dunia telekomunikasi.

Tapi dalam banyak kasus hal ini tidak selalu terpenuhi. Sebagai contoh standar 802.11b -salah satu standar WiFi yang banyak digunaka-mempunyai kecepatan data teoritis 11 Mbps. Pada kenyataannya, hampir setengah bandwidth yang tersedia digunakan untuk overhead sinyal radio.

Sisa bandwidth 5,5 Mbps ternyata juga hanya bisa dicapai jika pengakses WiFi berjarak sangat dekat dengan access point. Kebanyakan operator WiFi diperkirakan melewatkan data dari jaringan Internet ke access point menggunakan jaringan E1 yang mempunyai kecepatan 2 Mbps atau malah melalui ADSL yang hanya berkecepatan 384 Kbps.

Jika kita asumsikan koneksi backhaul ke jaringan Internet menggunakan ADSL maka kecepatan WiFi tinggal sekitar seratus kilobits per second (Kbps) saja karena kecepatan 384 Kbps tersebut akan menurun akibat berbagai sebab, misalnya pelemahan dan gangguan sinyal.

Sebagai perbandingan, jaringan CDMA2000-1X EV DO (Evolution Data Optimized) secara konsisten dapat melewatkan 500 kbps, sedangkan pada CDMA2000-1X dapat mengirimkan data dengan kecepatan rata-rata 60-100 kbps. Sehingga secara umum pada kondisi traffic data normal maka kecepatan data CDMA setara dengan WiFi.

Daerah cakupan

Cakupan (coverage) wilayah yang dilayani WiFi pada sebuah access point hanya berjarak sekitar 60 meter sehingga dibutuhkan ratusan access point untuk menjangkau area yang lebih luas, misalnya perkotaan. Bandingkan dengan CDMA2000 yang mempunyai jangkauan sebuah Base Transceiver Station (BTS) sampai dengan 3 km. Pada kondisi line of sight (LOS) jarak jangkaunya bisa lebih jauh lagi. Bisa dibayangkan, CDMA mampu membuat area hotspot yang sangat luas tak hanya terbatas area sebuah kafe atau gedung perkantoran saja seperti halnya pada WiFi. Ini jelas sangat menguntungkan dan mempercepat pertumbuhan koneksi internet.

WiFi sebenarnya cukup rentan terhadap interferensi atau gangguan yang disebabkan oleh frekuensi dari perangkat elektronik lain. Penyebabnya, WiFi beroperasi pada spektrum tak berlisensi (2,4 GHz) yang dikenal sebagai daerah berfrekuensi sangat padat.

Berbagai peralatan elektronik bisa mengganggu kinerja WiFi, misalnya Bluetooth, telepon cordless atau bahkan oven microvave. Gangguan ini tentu saja merugikan karena mengurangi kualitas sinyal yang dipancarkan access point sehingga dapat menurunkan kecepatan koneksi Internet yang sedang dilakukan pengguna WiFi. CDMA2000 menggunakan frekuensi yang berlisensi, yaitu 800 MHz dan 1900 MHz. Meski juga tak bebas gangguan dan interferensi namun alokasi frekuensi yang resmi tersebut tidaklah sesesak pada 2,4 GHz.

Isu lain pada WiFi adalah masalah keamanan jaringan. Meski telah tersedia standar keamanan WiFi Protected Access (WPA) atau WEP namun penyusupan masih sering terjadi. Pengamatan selama dua hari pada sebuah area hotspot yang pernah dilakukan AirDefense - sebuah vendor security - menunjukkan bahwa sebanyak 141 access point tidak terenkripsi, 149 kali usaha untuk menyadap pengguna lain, 105 kali serangan denial of service (DOS), dan lebih dari 36 jenis serangan lainnya.

Pada CDMA2000, penyusupan yang tidak sah dapat diminimalisasi karena teknologi ini mempunyai tingkat keamanan yang tinggi. Tiap informasi melalui CDMA2000 dilindungi kode-kode enkripsi yang berlapis meskipun tidak bisa dijamin 100% aman.

Untuk mengatasi kekurangan WiFi, beberapa industri perangkat wireless dan chip-chip komputer dari seluruh dunia kemudian bergabung untuk membuat standar interkoneksi antar teknologi broadband wireless access (BWA) yang mereka miliki pada produk-produknya.

Hasilnya berupa standar BWA yang dikenal dengan nama Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX). WIMAX merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16 dengan standar ETSI HiperMAN. Salah satu keunggulannya, teknologi ini mempunyai area coverage sejauh 50 km, baik untuk indoor maupun outdoor. Jadi pengguna notebook yang sering berpindah tempat tak perlu khawatir kehilangan koneksi internet.

Sayangnya, masih dibutuhkan waktu bagi teknologi ini untuk masuk pasaran. Penantian ini segera di penuhi oleh teknologi CDMA2000 yang menawarkan layanan dan kemampuan yang setara dengan WIMAX. Jadi time to market CDMA2000 jelas lebih cepat dari WiMAX.

Biaya Investasi

Sejumlah paparan tadi bukan berarti komunikasi data nirkabel melalui jaringan CDMA2000 tidak mempunyai kekurangan dan kendala saat implementasi hingga siap ditawarkan kepada konsumen. Biaya investasi CDMA2000 jelas lebih besar daripada WiFi.

Hal ini karena infrastruktur CDMA lebih kompleks dan rancangan awalnya untuk mengakomodasi layanan suara. Untuk membangun BTS - BTS jaringan CDMA2000 tidaklah semurah biaya pembelian beberapa perangkat access point untuk area hotspot tertentu.

Apalagi jika CDMA2000 tersebut beroperasi pada frekuensi 1900 MHz yang membutuhkan lebih banyak BTS dibandingkan jika beroperasi pada 800 MHz. Pada frekuensi tersebut sinyal CDMA2000 juga tidak terlalu kuat di lokasi indoor sehingga masih harus ditambah beberapa repeater atau perangkat penguat sinyal lainnya.

Dengan demikian WiFi memang lebih unggul dan efisien untuk komunikasi data nirkabel dalam jaringan private, misalnya perkantoran atau kampus, sedangkan CDMA2000 lebih sesuai untuk area yang lebih luas. Kombinasi dari kedua teknologi ini lebih optimal karena keduanya bisa saling menutup kekurangan masing-masing.


Oleh Anton Timur
Praktisi telekomunikasi

Monday, August 09, 2004

Menggali Makna Kesuksesan

Penulis: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]

Oleh : Aa Gym


Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Semoga Allah Yang Maha Agung, mengaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan, karena orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan. Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tahan ketika menghadapi kemudahan dan kelapangan.

Ada orang yang bersabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang hilang kesabaran ketika hartanya melimpah. Ternyata, harta, pangkat, dan gelar yang seringkali dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan, dalam prakteknya malah sering membuat orang tergelincir dalam kesesatan dan kekeliruan. Lantas, apakah sebenarnya makna dari sebuah kesuksesan? Setiap orang bisa jadi memiliki paradigma yang berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Pada dasarnya, dalam dimensi yang lebih luas, sukses adalah milik semua orang. Tetapi persoalan yang sering terjadi adalah bahwa tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu. Dalam paradigma Islam, kesuksesan memang tidak hanya dilihat dari aspek duniawi, namun juga ukhrowi. Untuk itu kita butuh suatu sistem atau pola hidup yang memungkinkan kita untuk dapat meraih sukses di dunia sekaligus di akhirat. Satu hal yang sejak awal harus direnungi bahwa sukses dunia jangan sampai menutup peluang kita untuk meraih sukses akhirat. Justru sukses hakiki adalah saat kita berjumpa dengan Allah nanti. Apalah artinya di dunia dipuji habis-habisan, segala kedudukan digenggam, harta bertumpuk-tumpuk, namun ternyata semua itu tidak ada harganya secuil pun di sisi Allah.

Orang yang sukses sebenarnya adalah orang yang berhasil mengenai Allah, berani taat kepada Allah, dan berhasil menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang sukses sejati adalah orang yang terus-menerus berusaha membersihkan hati. Di sisi lain dia terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan pengabdian terbaik, di mana hal itu akan terlihat dari keikhlasan dan kemuliaan akhlaknya. Sukses akhirat akan kita raih ketika sukses dunia yang didapatkan tidak berbenturan dengan rambu-rambu larangan Allah. Betapa bernilai ketika sukses duniawi diperoleh seiring ketaatan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu jangan pernah merasa sukses saat mendapatkan sesuatu. Kesuksesan kita adalah ketika kita mampu mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini untuk kemaslahatan manusia. Itulah rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam. Begitu pula bila kita menyangka bahwa sukses itu jika kita telah memiliki rumah yang megah dan harta yang banyak. Sementara itu, melihat orang yang tinggal di rumah kontrakan kita anggap sebagai tanda kegagalan. Walhasil, kita justru pontang-panting sekedar untuk memenuhi itu semua. Bahkan bisa jadi untuk mendapatkan itu akhlak sama sekali tidak kita perhatian. Na'udzubillahi min dzalik.

Sebenarnya, siapa pun bisa menjadi orang mulia dan sukses, tak peduli ia seorang pembantu rumah tangga, guru, tukang sayur, atau pejabat pemerintah. Selama orang itu bekerja dengan baik dan benar, taat beribadah, dan akhlaknya mulia, dia bisa menjadi orang sukses. Bisa jadi orang yang sukses itu hanyalah seorang pembantu rumah tangga. Saat bekerja ia melakukannya sepenuh hati. Ia bekerja dengan baik. Dalam pekerjaannya itu ia jaga shalatnya, tidak berkata dusta, dan ia benar-benar menjaga ketakutannya terhadap majikan. Sebaliknya ada juga majikan yang kasar, ketus, dan juga kaya, namun kekayaaannya itu sendiri didapatkan dengan cara yang tidak halal. Bukankah lebih mulia pembantu daripada majikan yang seperti itu.

Begitupun yang sukses bisa jadi hanya berprofesi sebagai guru SD. Ia tak begitu dikenal. Ke sekolah pun terkadang dengan berjalan kaki, tetapi dengan tulus ia tetap menjalani profesinya. Bisa jadi ia lebih mulia daripada rektor yang jarang mengenal sujud di hadapan Allah. Sebab apalah arti jabatan rektor tersebut atau gelar profesornya bila tidak memiliki kemampuan mengenal Tuhannya sendiri. Atau mungkin seorang pedagang sayur. Dia jujur dan tidak pernah mengurangi timbangan. Untungnya juga tidak terlalu banyak. Tetapi ia tetap mulia dalam pandangan Allah. Dibanding pengusaha besar yang sudah licik, suka menyuap, juga serakah. Maka, demi Allah! Kedua-duanya akan sampai kepada kematian. Adapun yang mulia di hadapan-Nya tetap orang yang jujur. Maka berhati-hatilah, bukan gelar yang membuat baik seseorang.

Bukan jabatan yang membuat seseorang terlihat baik. Itu semua hanyalah "topeng". Semuanya tak ada apa-apanya kalau pribadinya sendiri tak berkualitas. Oleh karena itu, pantang kita hormat kepada orang yang tidak menjadikan kemuliaannya untuk taat kepada Allah. Entah itu jabatannya sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan, entah ia berpangkat sebagai jenderal, menteri, wakil rakyat, bahkan presiden sekalipun, kalau ia menjadikan pengaruhnya untuk berbuat tidak adil dan berakhlak buruk.

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujuraat ayat 13 dijelaskan, bahwa: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu". Jadi, yang paling mulia bukanlah orang yang paling banyak gelarnya atau orang yang paling kaya dan dianggap paling sukses. Orang mulia dan sukses adalah orang yang berhasil mengenal Allah. Lalu dia taat pada-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Wallahu'alam bish shawab

Keuntungan Hidup Bersahaja

Sumber: Manajemen Qolbu Online [Kajian Bening Hati - Manajemen Diri]

Oleh : Aa Gym


Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, satu hal yang harus kita hindari adalah merasa kaya dengan apa yang kita miliki dan merasa cukup dengan karunia Allah. Lalu apa yang harus ada pada diri kita? Yang harus ada adalah merasa kaya dengan apa yang Allah jaminkan kepada kita. Mengapa demikian? Karena tidak sedikit orang yang sebenarnya memiliki pribadi miskin tetapi merasa kaya dengan tabungan yang dipunyai, merasa kaya dengan hartanya, atau merasa kaya dengan rumahnya yang megah.

Ciri-ciri orang yang mempunyai kekayaan dunia tetapi mempunyai kepribadian miskin adalah selalu mengambil sesuatu dari sana-sini tanpa peduli halal atau haram karena merasa miskin. Dia relakan dirinya terhina dengan mencuri uang orang lain atau mengambil kekayaan orang lain.

Orang yang kaya itu bukan yang banyak uangnya tetapi orang yang sedikit kebutuhannya. Ketahuilah orang yang tidak bersahaja dalam hidupnya akan sangat banyak pula kebutuhan dan pengeluarannya, akibatnya biaya untuk shadaqoh menjadi sedikit, biaya untuk menabung menjadi terbatas. Yang dia lakukan terus menerus memuaskan dirinya dengan mengganti perhiasan, mengganti mobil, ataupun mengganti sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.

Sebenarnya tidak dilarang untuk menggganti rumah, tapi yang kita butuhkan adalah orang yang punya harta yang berlebih untuk bisa dinafkahkan kepada saudara yang membutuhkan. Bersahaja itu bukan berarti sederhana tetapi menafkahkan harta dengan tidak berlebihan untuk memuaskan nafsunya dan juga tidak kikir dalam berbuat kebaikan.

Apakah sebenarnya keuntungan jika kita terbiasa bersahaja dalam hidup:

1. Tidak diperbudak oleh keinginan pamer. Kita tahu, jika suatu barang semakin bagus, semakin keren dan semakin bermerek kadang-kadang akan cenderung pamer. Sedangkan untuk pamer itu akan membuat kita tersiksa, bukankah ingin dilihat orang lain itu membuat diri kita tersiksa ? bukan tidak boleh memiliki barang yang bagus, tapi apalah artinya bagus tapi memperbudak diri kita.

2. Meminimalisir pengeluaran. Makin mahal suatu barang maka biaya perawatannya pun akan semakin mahal pula. Tapi kalau kita bersahaja Insya Allah biaya akan bisa ditekan. Selain itu kalau kita biasa bersahaja kita tidak akan membuat orang lain iri atau kotor hati. Apalagi kalau dia bersahaja dan mampu menahan dirinya untuk tidak pamer. Oleh karena itu jika kita membeli sesuatu yang baru harus disesuaikan keperluannya, artinya jika membeli sesuatu yang baru harus proporsional antara keperluan dan kemampuan. Wallahu a’lam (aep/and)***