Islamis Itu Nasionalis
(Dari milis Daarut-Tauhiid)
Laporan : KH Didin Hafidhuddin
Sudah menjadi fakta sejarah nasional negara kita bahwa kemerdekaan yang direbut dari tangan penjajah, mayoritas diperjuangkan oleh umat Islam yang dipimpin oleh para tokohnya dari berbagai kalangan, seperti para ulama, para kiai, para ustaz, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Mereka tampil sebagai garda terdepan dalam mengusir penjajah. Hal ini dilakukan, oleh karena mengusir penjajah itu, bagi kaum Muslimin, bukanlah semata-mata panggilan Ibu Pertiwi maupun Tanah Air, akan tetapi terlebih lagi merupakan panggilan suci yang bersumberkan dari ketauhidan dan keimanan.
Islam adalah ajaran yang menentang segala bentuk penjajahan dan perbudakan dalam seluruh tatanan kehidupan. Tidak boleh satu suku bangsa merasa lebih baik daripada bangsa lainnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah SAW menegaskan, ''Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian semua berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Tidaklah orang Arab lebih baik dari orang-orang 'Ajam (non-Arab) dan tidak pula orang yang berkulit putih lebih baik daripada orang yang berkulit hitam, kecuali ketakwaannya kepada Allah SWT.''
Penegasan Rasulullah SAW itu merupakan salah satu implementasi firman Allah SWT yang terdapat dalam Alquran (QS 49: 13), ''Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.''
Para pejuang kemerdekaan yang notabene orang-orang Islam itu selalu meneriakkan kalimat takbir (Allahu Akbar) ketika menggerakkan massa untuk menghadapi serangan penjajah, walaupun hanya dengan senjata bambu runcing, sementara penjajah dengan senjata api yang lebih kuat dan modern. Ternyata mereka dianugerahkan kemenangan oleh Allah SWT. Dan, sebagai bukti rasa syukur kepada-Nya diukirlah kaliamt 'Allah' pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi 'Atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa'.
Fakta tersebut dan fakta-fakta lainnya, seperti melawan PKI Muso 1948, Gestapu PKI, dan melawan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS)/Front Kedaulatan Maluku (FKM) di Ambon baru-baru ini, menunjukkan bahwa umat Islam yang memiliki akidah yang benar itu, sesungguhnya adalah nasionalis tulen. Tidak ada dikotomi atau pemisahan antara Islam dan nasionalisme, karena pada dasarnya nasionalisme itu adalah bagian dari ajaran Islam.
Sungguh amat naif, berpikiran sempit dan ahistoris, orang-orang apalagi para pemimpin yang membedakan atau bahkan mempertentangkan antara Islam dan nasionalisme dan Islamis dengan nasionalis, seperti yang sekarang kembali dimunculkan. Ungkapan tersebut sangat tidak layak dan sudah lapuk untuk dijadikan sebagai suatu wacana, apalagi dalam pemilihan presiden dan wapres mendatang.
Mudah-mudahan kita semua bisa berpikir lebih jernih dan prospektif untuk membangun masa depan Indonesia yang berkeadilan dan berkesejahteraan. Wallahu a'lam bis-shawab.
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
0 Comments:
Post a Comment
<< Home